Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 15/05/2017, 05:41 WIB
EditorGlori K. Wadrianto

KOMPAS.com - Duta Besar Amerika Serikat di PBB, Nikki Haley, menuduh pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un menderita penyakit jiwa.

Nikki mengatakan Un mengalami paranoia, yang mengakibatkannya kerap berpikir aneh dan mengisi harinya dengan khayalan. 

"Anda pertama harus masuk ke dalam kepala Kim Jong Un, bahwa dia berada dalam kondisi paranoia," kata Haley dalam wawancara dengan stasiun berita AS, ABC, Minggu (15/5/2017).

Wawancara itu dilakukan setelah uji coba terbaru peluru kendali yang dilepaskan ke arah Laut Jepang yang berbatasan dengan wilayah Rusia.

Baca:Korut Kembali Tembakkan Rudal, Trump Serukan Sanksi Lebih Keras

"Dia (Un) amat khawatir dengan setiap hal dan semua hal di sekelilingnya," kata Haley.

Haley menambahkan, AS bekerja sama lebih baik dengan China -yang merupakan sekutu utama Pyongyang, dan seluruh komunitas internasional akan menyingkirkan Korut.

Dia lalu menegaskan, Washington akan terus memperkuat tekanannya terhadap Pyongyang.

Sebelumnya, Presiden Donald Trump sudah menyerukan sanksi yang lebih keras, namun China mendesak agar semua pihak menahan diri.

Sementara, Jepang mengatakan, uji coba rudal terakhir mungkin melibatkan jenis rudal baru dengan jangkauan ketinggian yang mencapai lebih dari 2.000 kilometer.

Baca: Uni Eropa: Uji Coba Rudal Korut Ancam Perdamaian Dunia

Presiden Korea Selatan yang baru terpilih Moon Jae-in, yang ingin meningkatkan komunikasi dengan Korut, mengatakan uji coba sebagai provokasi yang gegabah.

Rincian peluncuran rudal terbaru Korut masih belum bisa dipastikan, namun para pengamat mengatakan kemungkinan rudal itu memiliki jangkauan lebih jauh dibanding sebelumnya.

Menteri Pertahanan Jepang, Tomomi Inada, mengatakan rudal sempat mengudara sekitar 30 menit sebelum jatuh ke Laut Jepang.

Inada menambahkan, rudal mencapai jangkauan sekitar 700 kilometer dengan ketinggian lebih dari 2.000 kilometer, yang artinya jauh lebih tinggi dari rudal jarak menengah Korut pada Februari lalu.

Rudal balistik antarbenua, ICBM, bisa mencapai ketinggian hingga ratusan kilometer hingga berada di luar atmosfir bumi.

Para ahli yang dikutip kantor berita Reuters mengatakan, ketinggian tersebut tampaknya membuat rudal diluncurkan dengan lintasan ke atas, sehingga membatasai daya jangkau.

Jika ditembakkan dengan lintasan yang biasa, maka bisa menjangkau hingga 4.000 kilometer.

Komando Pasifik AS mengatakan jenis rudal terbaru sedang dikaji, namun tidak konsisten dengan ICBM, yang bisa menjangkau daratan AS, sejauh 6.000 kilometer.

Korut diyakini sedang mengembangkan dua jenis ICBM, namun sejauh ini belum ada yang diuji coba.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke