Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembebasan Siswi Chibok, Kesuksesan Dicampur Rasa Tak Sedap

Kompas.com - 10/05/2017, 08:22 WIB

ABUJA, KOMPAS.com - Sebanyak 82 siswi Chibok dibebaskan dari cengkeraman Boko Haram di Nigeria, tiga tahun setelah diculik. Ini alasan untuk merasa sukses. Namun, juga menjadi petunjuk bahwa teror Boko Haram belum tamat.

Sekarang lebih dari separuh siswi yang diculik tiga tahun lalu, 14-15 April 2014 di Chibok, Nigeria timur lau, telah bebas. Jumlah seluruhnya yang diculik saat itu adalah 276 orang.

Ini memang alasan untuk merasa senang karena sukses pemerintah Nigeria di bawah Presiden Muhammadu Buhari.

Setelah kampanye Bring Back Our Girls dilancarkan, tinggal 113 siswi Chibok lagi yang masih belum bebas.

Baca: Ditukar Tahanan, Boko Haram Lepas 82 Siswi Korban Penculikan

Saat berusaha membebaskan mereka, Buhari tidak bertumpu pada kekuatan militer, melainkan minta bantuan Palang Merah dan pemerintah Swis.

Pembebasan para siswi rupanya sangat penting bagi Buhari, sampai ia bersedia berunding dengan teroris.

Akibatnya Boko Haram juga untung, karena sejumlah anggotanya dibebaskan sebagai penukar pembebasan para siswi.

Inilah rasa tak sedap yang menyertai kesuksesan pembebasan para siswi, karena perundingan dan kesepakatan menunjukkan Boko Haram tidak sepenuhnya terpukul.

Setidaknya tangan kelompok teror yang membekap para siswi mampu melindungi diri dari aksi militer.

Baca: Boko Haram Rilis Video "Bukti Hidup" Gadis-gadis Chibok Korban Penculikan

Selain itu, faktor-faktor sekitar pembebasan menunjukkan, status prominen para siswi jadi berkat sekaligus kutukan.

Kampanye nasional dan internasional menyebut penculikan para siswi tahun 2014 sebagai simbol kegagalan pemerintah Nigeria.

Peristiwa itu juga mengarahkan mata dunia kepada konflik di bagian timur laut Nigeria yang sebelumnya tak diperhatikan.

Saat penculikan ratusan perempuan dan anak perempuan lain tidak mendapat banyak perhatian, para siswi Chibok begitu berharganya sampai para teroris dan pemerintah tidak mau mengambil risiko membahayakan hidup mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com