Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hanya Setahun Persiapan, Emmanuel Macron Menangkan Pilpres Perancis

Kompas.com - 08/05/2017, 13:22 WIB

PARIS, KOMPAS.com - Emmanuel Macron (39) memenangkan pemilihan presiden Perancis, Minggu (7/5/2017), setelah di putaran kedua pemungutan suara menyingkirkan Marine Le Pen.

Proyeksi penghitungan suara memperlihatkan Macron, politisi tengah pro-Eropa, meraih sekitar 65 persen suara, sementara calon dari kanan jauh, Le Pen, meraih kurang lebih 35 persen suara.

Dalam pidato kemenangannya, Macron mengatakan lembaran baru tengah dimulai dalam sejarah Perancis.

"Saya ingin ini menjadi halaman tentang harapan dan rasa saling percaya," kata presiden termuda Perancis sepanjang sejarah.

Yang juga menarik dalam pilpres kali ini adalah untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II, presiden terpilih bukan berasal dari dua partai utama, Sosialis dan Republik yang berhaluan kanan tengah.

Baca: Lima Hal tentang Emmanuel Macron, Presiden Baru Perancis

Macron sendiri sebenarnya bukan wajah yang sama sekali baru di panggung politik Perancis.

Dia pernah menjadi menteri ekonomi dalam pemerintahan Presiden Francois Hollande, politisi Partai Sosialis.

Fakta ini, menurut pengamat politik Francois Raillon, bermakna bahwa Macron juga adalah bagian dari kelompok mapan (establishment).

Pada April 2016 ia mendirikan En Marche!, gerakan berhaluan tengah yang dia gunakan sebagai kendaraan politik di pemilihan presiden.

Wartawan BBC, Becky Branford, mengatakan bisa saja Macron maju di pilpres dengan tiket dari Partai Sosialis.

Namun, ia sadar betul bahwa dengan popularitas partai yang menurun, dia memerlukan kendaraan lain yang segar dan bisa dirasakan secara langsung oleh rakyat.

Di Eropa, ini bukan gejala baru. Ada gerakan serupa yang telah dibentuk sebelumnya di Italia dan Spanyol.

Dan beberapa bulan setelah mendirikan En Marche!, Macron menyatakan mundur dari Partai Sosialis.

AFP PHOTO Emmanuel Macron
Mirip gerakan Obama

Gerakan ini pada saat yang sama memungkinan Macron untuk memposisikan diri sebagai tokoh yang dekat dengan akar rumput, mirip dengan apa yang dilakukan Barack Obama di Amerika Serikat pada 2008. Demikian wartawan lepas di Paris, Emily Schultheis.

Model pendekatan ini antara lain memanfaatkan kerja relawan di lapangan.

Di sisi lain, keberhasilannya menang di pilpres, kata Raillon, tak lepas dari apa yang ia sebut sebagai 'keinginan sebagian besar rakyat untuk membersihkan ruang politik dari tokoh-tokoh lama, yang tua, dan tradisional'.

"Macron bukan 100 persen orang baru, tapi di usia yang masih sangat muda, 39 tahun, ia dianggap sebagai tokoh yang menyegarkan dibandingkan semua politisi lain (perserta pemilihan presiden)," kata Raillon kepada BBC Indonesia.

Di kalangan pemilih ia dianggap sebagai figur yang paling bisa diterima, sementara yang lain ditolak termasuk Marine Le Pen, anak perempuan politisi kanan jauh, Jean-Marie Le Pen.

Baca: Macron Menangi Pilpres, Jadi Presiden Termuda Perancis

Raillon mengatakan, di pundak Macron ditumpukan harapan besar agar di Perancis melakukan perbaikan di berbagai bidang, perbedaan di kalangan rakyat disatukan lagi dan muncul dinamika baru di bidang ekonomi.

Kemenangan Macron disambut hangat, tak hanya di dalam neger tapi juga di luar negeri.

Juru bicara kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, kemenangan Macron adalah kemenangan bari Eropa yang kuat dan bersatu.

Kepala Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker, menyampaikan pernyataan senada dengan Kanselir Merkel.

Perdana Menteri Inggris, Theresa May, mengucapkan selamat dan siap bekerja sama di berbagai bidang.

Ucapan selamat juga disampaikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengirim ucapan melaui Twitter.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com