Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rakyat Perancis Memilih dalam Ketidakpastian

Kompas.com - 07/05/2017, 13:44 WIB

Tim Redaksi

Baca: Perancis Gelar Pemilu Presiden

Melenchon sejak awal anti Eropa dan tidak ingin Perancis didikte oleh Brussels, sedangkan Fillon menjanjikan program yang tegas bagi imigran.

Kedua poin penting ini tidak ada dalam program Macron, tetapi bermuara dalam program Le Pen.

Indikasi ini makin jelas terlihat ketika survei menunjukkan dua pertiga pendukung Melenchon menyatakan akan abstain dan total 25-30 persen pemilih di Perancis akan abstain atau datang ke TPS tapi tidak akan mencoblos kertas suara.

Perkembangan politik yang belum pernah terjadi ini menunjukkan bahwa mayoritas pemilih sudah muak dengan pemerintah dan partai-partai arus utama yang dinilai ingkar janji.

Pada umumnya mereka juga tidak sepakat dengan visi xenofobia Le Pen.

Namun, visi Macron yang sangat pro Eropa tidak meyakinkan pemilih yang sangat khawatir akan kondisi perekonomian Perancis.

Baca: Akibat Pemilu Perancis, Wall Street Tutup Saham Sementara

Pengangguran yang saat ini mencapai lebih dari 10 persen, dan kekhawatiran hilangnya kesempatan kerja, merupakan isu paling penting bagi para pemilih.

Terkait ini, Le Pen berhasil mengembuskan isu bahwa hilangnya pekerjaan di Perancis karena direbut oleh kaum imigran sehingga imigran harus diusir. Meski logikanya tidak ada, banyak pemilih yang memercayai ini.

Beda gaya

Perang di antara kedua kandidat dengan visi yang kontras ini tergambar secara nyata dalam "drama Whirlpool", pekan lalu.

Ketika Macron sedang bertemu dengan para pemimpin serikat buruh, Le Pen secara diam-diam mendatangi pabrik mesin cuci di Amiens, yang menurut rencana akan ditutup dan pabriknya dipindahkan ke Polandia tahun depan.

Le Pen yang berada di lokasi selama 10 menit disambut dengan pelukan dan sanjungan para karyawan. Mereka pun melakukan swafoto. Macron yang mendengar kabar ini langsung tersengat.

Baca: Macron atau Le Pen, Keduanya Bisa Bebani Jerman

Pertama, Amiens adalah kota kelahirannya. Kedua, langkah Le Pen sangat efektif karena menunjukkan solidaritas dengan kaum pekerja yang terancam kehilangan pekerjaan.

Gaya kepemimpinan Le Pen bagaikan seorang ibu yang mencoba membesarkan hati anak-anaknya yang sedang kesusahan.

Tak lama kemudian, Macron langsung mendatangi tempat yang sama. Ia disoraki dan dicaci para pekerja. Namun, Macron bergeming. Dengan sabar ia menjawab semua pertanyaan karyawan yang disiarkan langsung oleh televisi.

Tanya jawab dengan para pekerja berlangsung lebih dari satu jam dan setelah itu mereka saling bersalaman.

Di sini Macron menunjukkan gaya kepemimpinan yang mau mendengarkan, mau mengambil risiko, tetapi juga tak ingin memberikan janji kosong.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com