Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Bapak Sosialisme Karl Marx Lahir

Kompas.com - 05/05/2017, 19:51 WIB

KOMPAS.com - Hari ini 199 tahun lalu, tepatnya pada 5 Mei 1818 lahir seorang filsuf yang buah pikirannya mengubah wajah dunia selama hampir sepanjang abad ke-20.

Nama filsuf itu adalah Karl Heinrich Marx atau cukup disebut Karl Marx. Dia lahir di kota Trier, provinsi Rhine, Prussia, Jerman.

Karyanya yang paling ternama selain buku Das Kapital adalah sebuah tulisan berjudul Manifest der Kommunistischen Partei (1848) yang menjadi pegangan dunia komunis modern.

Marx adalah satu dari sembilan anak pasangan Heinrich dan Heinrietta Marx. Ayahnya, Heinrich adalah seorang pengacara sukses sekaligus seorang aktivis reformasi Prussia.

Meski kedua orangtuanya memiliki akar Yahudi tetapi ayahnya, Heinrich kemudian memeluk agama Kristen pada 1816 saat berusia 36 tahun.

Keputusan Heinrich memeluk Kristen tak lepas dari peraturan pada 1815 yang melarang warga Yahudi menduduki posisi penting di masyarakat.

Ayah Marx kemudian dibabtis sebagai penganut Lutheran, bukan Katolik yang merupakan agama mayoritas di Trier.

Baca: "Berburu" Makam Asli Karl Marx di Kota London

Sebab, Heinrich merasa agama Kristen Prostestan lebih memberi kebebasan intelektual. Karl Marx dibabtis pada usia enam tahun bersama anak-anak lainnya, tetapi sang ibu baru masuk Kristen pada 1825 setelah ayahnya meninggal dunia.

Sebagai pelajar, Karl Marx termasuk golongan yang biasa-biasa saja. Dia belajar di rumah hingga berusia 12 tahun.

Lalu dia menghabiskan lima tahun (1830-1835), belajar di sekolah Jesuit, Firdrich-Wilhelm Gymnasuium, Trier.

Kepala sekolahnya, kawan sang ayah, adalah seorang berpandangan liberal dan penganut ajaran Emannuel Kant.

Sang kepala sekolah sangat dihormati warga Trier dan provinsi Rhine tetapi selalu dicurigai dan tak diterima pemerintah. Bahkan sekolahnya selalu diawasi dan pernah digerebek pada 1832.

Pada Oktober 1835, Karl Marx mulai menuntut ilmu di Universitas Bonn, Jerman yang kehidupan akademisnya sangat hidup dan cenderung memberontak.

Karl Marx sangat menyukai situasi ini dan sangat terlibat dalam kehidupan akademis di kampusnya.

Selama dua semester di kampus itu, Karl Marx menghabiskan harinya untuk mabuk-mabukan, membuat onar, berutang, dan berduel.

Di akhir tahun, sang ayah memaksa Karl Marx untuk mendaftar di sekolah yang lebih serius, Universitas Berlin.

Ervan Hardoko/Kompas.com Inilah makam asli Karl Marx sebelum dipindahkan ke tempat baru pada November 1954.
Di Berlin, dia belajar ilmu hukum dan filsafat. Di sana Karl Marx diperkenalkan dengan ilmu filsafat GWF Hegel yang merupakan guru besar di Berlin hingga wafatnya pada 1831.

Awalnya Karl Marx tak begitu terpikat dengan teori-teori Hegel, tetapi dia kemudian banyak terlibat dengan kelompok pemuda Hegelian.

Kelompok ini adalah gerombolan mahasiswa radikal yang di dalamnya termasuk Bruno Bauer dan Ludwig Feuerbach, yang mengkritik kemapanan politik dan agama saat itu.

Pada 1836, Karl Marx di saat semakin menekuni ilmu politik dan diam-diam dia bertunangan dengan Jenny von Westphalen, seorang putri keluarga terpandang di Trier yang usianya empat tahun lebih tua.

Pertunangan ini, bersamaan dengan semakin meningkatnya pemikiran radikal Karl Marx, membuat ayahnya cemas.

Dalam serangkaian suratnya, sang ayah menunjukkan kekhawatirannya terkait apa yang dia lihat sebagai "setan" sang anak.

Baca: Bawa Bunga ke Makam Karl Marx, Fadli Zon Anggap Hanya Ziarah Pengetahuan

Dia bahkan meminta Karl Marx tak terlalu serius menanggapi rencana pernikahan, terutama saat sang calon istri berasal dari keluarga papan atas.

Pada 1841, Karl Marx mendapatkan gelar doktor dari Universitas Jena. Namun, karena pemikirannya yang radikal maka dia tak berhasil mendapatkan posisi dosen di kampus itu.

Dia lalu banting setir menjar wartawan dan pada 1842 dia menjadi editor Rheinische Zeitung, sebuah koran liberal terbitan kota Koln.

Hanya setahun kemudian, tepatnya pada 1 April 1843, pemerintah mendesak penutupan harian tersebut, dan pada 18 Maret 1843, Karl Marx mengundurkan diri.

Tiga bulan kemudian dia menikahi Jenny von Westphalen lalu pada Oktober mereka pindah ke kota Paris yang saat itu adalah jantung dunia politik Eropa.

Di kota itu, bersama Arnold Ruge dia menerbitkan jurnal politik bernama Deutsch-Franzosische Jahrbucher.

Sayangnya, jurnal ini hanya terbit sekali sebelum Marx dan Ruge berpisah karena perbedaan filosis.

Namun, pada Agustus 1844, jurnal itu mempertemukan Karl Marx dengan seorang penulis, Friederich Engels yang kemudian menjadi rekan dan teman karibnya.

Keduanya lalu mulai menulis kritik terhadap teori filsafat Bruno Bauer, seorang penganul aliran Hegel dan kawan lama Marx.

Hasil pertama kolaborasi Marx dan Engels ini menghasilkan buku The Holy Family yang terbit pada 1845.

Ervan Hardoko/Kompas.com Sebuah plakat yang dipasang di dinding salah satu bangunan di Grote Markt, Brussels, Belgia menunjukan filsuf Karl Marx pernah tinggal di tempat itu.
Akhir tahun 1845, Marx pindah ke Brussels setelah diusir dari Perancis karena menerbitkan lagi sebuah koran beraliran radikal, Vorwarts!.

Harian ini memiliki ikatan kuat dengan sebuah organisasi yang kemudian akan menjadi Liga Komunis.

Di Brussels, Karl Marx mengenal sosialisme dari Moses Hess dan setelahnya Marx melepaskan diri sepenuhnya dari aliran Hegelian.

Di ibu kota Belgia itu, Karl Marx menulis The German Ideology, di mana untuk pertama kalinya dia mengembangkan teori soal materialisme historis.

Sayangnya, tak ada penerbit yang mau mencetak karya ini. Bahkan The German Ideology dan Theses on Feuerbach adalah dua karya Marx yang baru diterbitkan setelah kematiannya.

Pada awal 1846, Karl Marx mendirikan Komite Koresponden Komunis sebagai upaya untuk menghubungkan para sosialis di seluruh Eropa.

Terinspirasi dengan ide Marx ini, kelompok sosialis di Inggris menggelar konferensi dan membentuk Liga Komunis.

Pada 1847, Komite Sentral Liga Komunis bertemu di London dan organisasi itu meminta Marx dan Engels menuliskan manifesto Partai Komunis.

Baca: Khawatir Ada Konfrontasi, Seminar soal Marxisme di Unpad Dibatalkan

Manifesto Komunis, begitu tulisan itu lebih dikenal, diterbitkan pada 1848. Setahun setelahnya, Marx diusir dari Belgia.

Ditendang dari Belgia, dia kembali ke Perancis untuk menanti terjadinya revolusi sosialisme, tetapi dia dideportasi dari negeri itu.

Celakanya, Prussia tak mau menampungnya lagi sehingga akhirnya Karl Marx pindah ke London. Meski Inggris tak memberinya kewarganegaraan, dia tetap tinggal di London hingga meninggal dunia.

Di London, Marx membantu pendirian komunitas pendidikan pekerja Jerman dan markas Liga Komunis yang baru.

Di kota itu Marx kembali menjadi jurnalis termasuk 10 tahun menjadi koresponden harian New York Daily Tribune pada 1852-1862.

Meski demikian, Karl Marx nyaris tak memiliki cukup uang untuk bertahan hidup. Selama di London hidupnya sebagian besar ditopang kawan setianya Engels.

Dalam kondisi itu Marx semakin fokus terhadap kapitalisme dan teori ekonomi. Dan pada 1867, dia menerbitkan volume pertama bukunya yang paling dikenal Das Kapital.

Sepanjang sisa hidupnya, Marx menggunakannya untuk menulis dan merevisi manuskrip-manuskripnya untuk volume lanjutan bukunya yang tak pernah dia selesaikan.

Dua volume bukunya dikumpulkan dan diterbitkan Engels setelah kawannya itu meninggal dunia.

Marx meninggal dunia di London pada 14 Maret 1883 akibat penyakit radang selaput dada dan dimakamkan di London.

Makam aslinya hanya ditandai batu sederhana dan kemudian Partai Komunis Inggris mendirikan monumen besar yang dihiasi patung dada Marx pada 1954.

Nisan besar yang masih bisa disaksikan sekarang itu, dilengkapi kalimat terakhir dalam Manifesto Komunis yaitu "Kaum Buruh Sedunia Bersatulah".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com