Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mayoritas Perempuan Pengungsi Rohingya Nikah di Bawah Umur

Kompas.com - 05/05/2017, 17:28 WIB

RAKHINE, KOMPAS.com - Lebih dari 50 persen perempuan Rohingya yang mengungsi dari kekerasan di Myanmar menikah di bawah umur, seperti terungkap lewat survei Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Para pengungsi anak perempuan itu juga menjadi korban kekerasan rumah tangga.

Sejak kekerasan marak di negara bagian Rakhine, Myanmar barat, tahun 2012,  sekitar 168.000 warga etnis minoritas Rohingya – termasuk anak perempuan – melarikan diri ke negara tetangga Bangladses maupun negara-negara Asia lainnya.

Survei yang dilakukan badan pengungsi PBB, UNHCR, menemukan 80 persen menikah di bawah usia 18 tahun dengan rata-rata melahirkan anak pertama pada usia 18 tahun.

Selain itu satu dari tiga perempuan mengalami kekerasan rumah tangga. "Kami umumnya memberi pengarahan kepada mereka tentang pilihan-pilihan yang ada,” kata juru bicara UNHCR Asia, Vivian Tan, kepada Reuters.

“Dan jika setuju, akan dirujuk ke mitra kami atau ke pusat penampungan bagi kaum perempuan yang rentan," Tan menambahkan.

Laporan UNHCR 2016 tentang Pergerakan Campuran di Asia Tenggara didasarkan pada survei tahun 2016 atas 85 pengungsi perempuan dewasa dan anak perempuan Rohingya di Indonesia, Malaysia, dan India.

Dari total yang disurvei, hanya 7 persen yang memiliki pendapatan sendiri walau sekitar dua pertiga ingin punya pendapatan.

Diperkirakan terdapat 8.000 perempuan berusia 14 hingga 34 tahun di ketiga negara tempat survei.

Para pegiat khawatir terjadi peningkatan para pengungsi perempuan -dewasa maupun anak – yang  rentan atas penyelundupan manusia, eksploitasi seksual, maupun pernikahan di bawah umur.

Nasib warga Muslim Rohingya menjadi keprihatinan internasional dalam beberapa bulan belakangan karena aparat keamanan Myanmar dituduh melakukan pembunuhan massal dan pemerkosaan dalam upaya menghadapi kelompok militan Rohingya.

Dunia internasional mengecam pemerintah Myanmar yang dianggap menjatuhkan hukuman secara merata dan bukan hanya pada kelompok yang diduga menyerang beberapa pos polisi pada akhir tahun lalu. Militer Myanmar membantah tuduhan tersebut.

Warga Muslim Rohingya tidak diakui sebagai warga negara Myanmar, yang mayoritas penduduknya beragama Buddha.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com