Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hewannya Mati Beruntun, Kebun Binatang El Salvador Diselidiki

Kompas.com - 01/05/2017, 08:03 WIB

SAN SALVADOR, KOMPAS.com - Kejaksaan El Salvador telah membuka penyelidikan resmi terkait kematian mencurigakan seekor puma dan monyet di kebun binatang nasional negeri itu.

Jaksa penuntut mencurigai, hewan-hewan ini sakit karena diabaikan pengelola. Mereka juga akan menyelidiki kematian seekor zebra di lokasi yang sama awal bulan ini.

Kematian-kematian terjadi setelah sebelumnya Gustavito, seekor kuda nil di kebun binatang tersebut, juga mati pada Februari lalu.

Kematian Gustavito si kuda nil menimbulkan kemarahan luas di El Salvador sampai ke luar negara tersebut.

Baca: Digusur Tol, Nasib Hewan Kebun Binatang Samarinda Tidak Menentu

Awalnya staf kebun binatang mengatakan, kuda nil tersebut ditikam dan dipukuli oleh penyerang yang tak diketahui.

Setelah kematian kuda nil tersebut, direktur kebun binatang Vladlen Hernandez mengatakan, dia tidak percaya karyawan terlibat dalam serangan tersebut.

Hernandez menambahkan, kebun binatang tidak menerima ancaman apapun dari geng jalanan yang meneror negara itu.

Polisi kemudian meminta keterangan dari karyawan kebun binatang untuk mencoba mencari tahu siapa yang masuk ke kandang Gustavito dan melakukan serangan seperti itu.

Namun investigasi lanjutan justru mengungkapkan hewan tersebut mati karena minimnya perawatan.

"Pemeriksaan rinci menemukan bahwa kuda nil tersebut mati akibat pendarahan paru-paru," jaksa penuntut Mario Salazar yang menambahkan hewan itu sakit selama 17 hari sebelum mati.

Baca: Mengapa Kebun Binatang di Ceko Potong Cula 21 Badak Miliknya?

Pejabat berwenang mengatakan, seekor puma bernama Soberana mati karena tua dan sakit. Sebelum mati, kucing besar itu sedang dirawat karena masalah lambung. Sedangkan seekor bayi kera mati karena kecelakaan.

Kementerian Kebudayaan El Salvador mengumumkan akan memperbarui kebun binatang itu dengan konsep suaka margasatwa.

"Konsep kebun binatang tradisional sudah usang," demikian pernyataan kementerian kebudayaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com