Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bosan Jadi Bankir, Pria Kelahiran Indonesia Jualan Sate di Swiss

Kompas.com - 28/04/2017, 19:08 WIB

Ditinggal ayah sejak kecil

Salah satu yang tertarik dengan kisah hidup Rio adalah harian Neuer Zurcher Zeitung (NZZ),  koran paling prestisius di Swiss.

NZZ kemudian memberi satu halaman penuh untuk membahas aksi Rio itu karena terbilang unik.

"Ini memang khas, jadi kami tertarik menulisnya,“ kata salah satu redakturnya. 

Selain mengisahkan proses beralihnya bankir menjadi tukang sate, Rio juga mengisahkan perjalanan hidupnya.

Sate Rio, menurut NZZ, cukup menjanjikan. "Kalau pun ada yang perlu diperbaiki ya acar ketimunnya,“ demikian ulasan NZZ.

Rio lahir 34 tahun silam, di Balingkah, Padang Panjang, Sumatera Barat. Tak lama setelah kelahirannya, Rosmidar, ibu kandungnya, harus menerima kenyataan ditinggal sang suami.

Perjalanan berikutnya, Rosmidar meninggalkan Indonesia dan menikahi warga Swiss keturunan Tibet. Saat itu, Rio dititipkan di Bogor untuk menekuni agama di sebuah pesantren.

Rosmidar seharusnya berbahagia,  menetap dan menikah lagi di salah satu kota paling mahal dunia itu.

Namun, kebahagiaan itu tak lengkap jika masih harus berpisah dengan putranya itu. Setelah dua tahun menetap di Swiss, Rio diboyongnya ke Zurich.

Prestasi Rio saat bersekolah di Zurich cukup menonjol bahkan dia beberapa kali  "loncat“ kelas karena kecerdasannya.

Kariernya juga moncer, dengan bekerja dari satu bank besar ke bank besar lainnya. Namun, meskipun bergaji besar dan hidup mapan, Rio tak merasa tenteram.

Rio pun akhirnya memilih meninggalkan karier banknya yang cemerlang , dan memilih menjadi tukang sate ayam di jalanan Zurich.

"Apa yang dilakukan Rio luar biasa. Tak banyak, hampir tak ada bankir yang mau berubah profesi jadi tukang sate ayam, keberanian itu ada dalam diri Rio," kata redaktur NZZ.

Rosmidar, ibu kandungnya, sangat mendukung langkah "aneh“ Rio ini.

"Sebagai orangtua, saya mendukungnya. Lagi pula, dia sejak kecil suka masak,“ katanya.

Selain mencoba menjadi pengusaha, Rio juga berniat membantu tanah kelahirannya di Sumatera, Indonesia.

Caranya, Rio menyisihkan satu frank Swiss dari setiap porsi sate yang dijualnya untuk membantu pelestarian alam Sumatera.

Meskipun kini terlihat lebih berbudaya Swiss ketimbang Indonesia, Rio agaknya masih terus mengingat tanah kelahirannya.

"Lupa tentu tidak, saya juga punya saudara di sana,“ katanya.

Puluhan tahun silam, Rio bahkan bertemu dengan saudara tirinya di Sumatera. Dia juga sempat mencoba mencari ayah kandungnya dan ditemukannya di Jakarta.

"Rasanya lega ketemu bapak saya. Tapi setelah itu ya sudah, tak banyak kontak lagi dengan bapak saya,“ katanya. 

Namun dengan saudara tirinya di Sumatera, Rio masih tetap berkomunikasi hingga sekarang. "Dengan bapak saya tidak lagi, dengan saudara tiri, iya, masih komunikasi,“ katanya. (Krisna Diantha)


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com