Mantan mentor politiknya yang juga Presiden Prancis Francois Hollande secara implisit menyentil Macron.
“Kita harus benar-benar serius dan termobolisasi, saya rasa pilpres belum berakhir dan kita harus terus bertarung untuk setiap suara,” ucap Hollande.
Baca: Simak, 5 Fakta Menarik tentang Emmanuel Macron
Sementara, Le Pen memanfaatkan momentum ini untuk terus menyerang mantan Menteri Ekonomi itu.
“Rakyat Perancis dapat melihat bahwa dia berpikir dia sudah memenangkan kontes ini, ini sikap yang tidak respek terhadap pemilih dan demokrasi,” ungkap Le Pen.
Namun, seperti dikutip dari laman Straits Times, Macron membantah anggapan itu dan menegaskan bahwa kemenangan belum diraih.
Macron, politisi beraliran centris tetap menjadi favorit kuat untuk menang.
Hal ini didukung oleh faktor bahwa lawannya adalah seorang “ekstremis” yang akan kesulitan untuk meraih dukungan dari pemilih mainstream beraliran sosialis dan konservatif.
Tetapi, sejumlah pengamat politik menilai masih tingginya jumlah pemilih yang belum menentukan pilihan.
Lalu, ada kemungkinan banyak pemilih yang sebelumnya memilih tidak menggunakan hak suara, bakal berpotensi menghadirkan kejutan berupa kemenangan Le Pen.
Kemenangan di bawah 55 persen dinilai berpotensi akan menggoyahkan legitimasi Macron, walaupun dia terpilih menjadi Presiden.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.