Peristiwa inilah yang sekaligus memulai perang Uni Soviet di Afganistan yang berlangsung selama hampir satu dekade.
Konflik bersenjata di Afganistan berakhir setelah pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev menarik pasukan negeri itu pada 1988.
Selama beberapa tahun menyusul invasi Uni Soviet, Afganistan menjadi salah satu medan pertempuran dalam Perang Dingin.
Memprotes invasi Uni Soviet, Amerika Serikat langsung membekukan pembicaraan pembatasan persenjataan, memangkas penjualan gandum ke Uni Soviet, dan memboikot Olimpiade 1980 di Moskwa.
Amerika Serikat juga menyediakan senjata dan bantuan lainnya kepada yang menurut pemerintahan Ronald Reagan adalah para pejuang kemerdekaan Afganistan.
Sementara bagi Uni Soviet sendiri, keputusan menginvasi Afganistan adalah sebuah bencana yang dengan cepat menguras keuangan dan sumber daya manusia negeri itu.
Di Amerika Serikat, media massa dengan cepat menyebut Afganistan sebagai Vietnamnya Rusia.