Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/04/2017, 05:00 WIB

MANILA, KOMPAS.com - Bagi Asia Tenggara atau ASEAN, peningkatan kerjasama ekonomi dengan China bisa jadi pedang bermata dua. Ambisi investasi Beijing tidak hanya ditujukan untuk pengembangan ekonomi, melainkan juga untuk memperbesar pengaruh geopolitis.

Menurut perkiraan Asian Development Bank, kebutuhan infrastruktur untuk kawasan Asia Tenggara semakin meningkat.

Untuk mengimbangi pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk, negara-negara di kawasan itu membutuhkan investasi besar-besaran dalam penyediaan energi, transportasi, telekomunikasi, kapasitas air dan sanitasi.

Pemerintah Asia Tenggara makin sadar tentang krisis infrastruktur yang mengintai.

September tahun lalu, sepuluh negara anggota ASEAN menyepakati "Rencana Induk untuk konektivitas ASEAN," agenda kerja untuk memperluas jaringan kereta api di wilayah ini.

Namun, implementasi rencana induk ASEAN sangat lamban, kata Yap Kioe Sheng dari University of Cardiff. "Sejauh yang saya tahu, hanya sedikit kemajuan."

Baca juga: Proyek “One Belt One Road” China, Apa Untungnya bagi ASEAN?

Wolfram Schaffar, pengamat politik dari Universitas Wina, punya pandangan serupa.

"Rencana infrastruktur ASEAN melambat karena penurunan ekonomi yang terus berlanjut di kawasan ini. Negara-negara di sana kebanyakan berinvestasi pada proyek murah, rencana yang lebih besar tidak dapat dijalankan karena situasi ekonomi," katanya.

Kebanyakan negara di ASEAN sekarang kekurangan dana untuk pembangunan infrastruktur yang sangat mahal. Di sinilah China lalu meraba peluang.

Hegemoni China

China memang punya sumber dana yang hampir tidak terbatas.

DW One Belt, One Road (OBOR), yakni prakarsa baru China untuk memperluas jaringan perdagangan
Sejak Presiden Xi Jinping berkuasa tahun 2013, Beijing juga menerapkan kebijakan luar negeri baru, terutama di bidang ekonomi dan investasi.

Untuk mengelola dana investasi ke luar negeri, China mengumumkan pembentukan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) dan apa yang disebut prakarsa "One Belt, One Road (OBOR)".

Tujuan OBOR – yang juga dikenal dengan sebutan Prakarsa Jalan Sutra Baru – adalah membangun infrastruktur lintas benua. Beijing ingin memperluas jaringan dagangnya ke Eropa, Asia Tengah, Asia Selatan dan Asia Tenggara, baik melalui darat maupun laut.

Baca juga: Demi Laut China Selatan, China Adu Domba ASEAN

Pada tahun 2014, Xi Jinping menjelaskan bahwa prakarsa baru China ini bukan melulu soal ekonomi dan uang, namun berlandaskan pada "nilai-nilai bersama".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com