Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Tragedi Militer Sekutu di Gallipoli

Kompas.com - 25/04/2017, 20:30 WIB

KOMPAS.com - Salah satu babak paling dikenang dalam Perang Dunia I adalah dimulainya invasi Semenanjung Gallipoli pada 25 April 1915.

Semenanjung yang dikuasai Kekaisaran Ottoman itu membentuk sisi barat  Dardanella, sebuah selat sempit yang menghubungkan Rusia dan Laut Tengah.

Serbuan ke Gallipoli itu dilakukan pasukan Rusia, Perancis, dan Inggris dalam upaya merebut ibu kota Ottoman, Istanbul.

Pada Januari 1915, dua bulan setelah Turki terlibat dalam Perang Dunia I dan mendukung pihak Jerman, Rusia meminta Inggris membantunya mempertahankan Kaukasus dari serangan tentara Ottoman.

Menteri Perang Inggris Lord Kitchener mengatakan kepada Churchill, menteri angkatan laut, bahwa mustahil membantu Rusia di Kaukasus.

Satu-satunya tempat di mana Inggris bisa membantu Rusia adalah di Selat Dardanella demi mencegah pasukan Ottoman bergerak ke timur ke arah Kaukasus.

Akhirnya sebuah serangan gabungan angkatan darat dan laut diusulkan untuk digelar di wilayah Ottoman.

Pada 18 Maret 1915 serangan laut dimulai, tetapi berakhir dengan tragedi.

Ranjau-ranjau laut Turki yang tak terdeteksi menenggelamkan separuh dari angkatan laut Perancis dan Inggris yang dikirim ke Dardanella.

Setelah kegagalan ini, komando Sekutu mengubah fokusnya untuk mendaratkan pasukan darat di Semenanjung Gallipoli.

Tujuan pendaratan ini adalah untuk mengamanka Selat Dardanella sehingga armada sekutu bisa melintas dengan aman dan bergabung dengan armada Rusia di Laut Hitam.

Pada 25 April, pasukan Inggris, Perancis, Australia, dan Selandia Baru mendarat di Semenanjung Gallipoli.

Bundesarchiv via Wikipedia Pasukan Ottoman yang mempertahankan Gallipoli menggunakan senapan mesin MG-80 untuk menghambat laju pasukan Sekutu.

Namun, pasukan Ottoman yang sudah memperkirakan adanya invasi semacam itu langsung menyambut kedatangan pasukan sekutu.

Korps-korps Australia dan Selandia Baru (ANZAC) dihancurkan pasukan Turki yang terlatih di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal, yang kemudian menjadi presiden Turki.

Sementara itu, pasukan Perancis dan Inggris juga menghadapi perlawanan sengit di lokasi pendaratan dan hampir dua pertiga personelnya menjadi korban.

Selama tiga bulan ke depan, Sekutu hanya mampu membuat sedikit sekali kemajuan tetapi dengan korban yang sangat besar.

Untuk mengakhiri kebuntuan ini, Inggris mendaratkan pasukan lagi di Teluk Suvla pada 6 Agustus 1915. Meski pendaratan itu nyaris tanpa perlawanan tetapi Inggris terlalu lama menunggu untuk bergerak.

Alhasil, pasukan Turki datang ke lokasi itu dan berhasil menahan gerak maju Inggris. Akhirnya parit digali dan Inggris hanya mampu maju beberapa kilometer saja.

Pada September 1915, komandan Inggris Sir Ian Hamilton digantikan Sir Charles Monro yang pada Desember merekomendasikan evakuasi pasukan dari Gallipoli.

Pada 8 Januari 1916, pasukan Sekutu mundur dari pesisir Gallipoli mengakhiri tragedi militer yang mengakibatkan lebih dari 300.000 orang tewas atau luka di pihak sekutu dan 250.000 orang di sisi Ottoman.

Kekalahan ini sangat memalukan Sekutu termasuk Churchill yang akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya.

Pendaratan Gallipoli ini hingga sekarang masih dirayakan warga Selandia Baru dan Australia sebagai Anzac Day.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com