PARIS, KOMPAS.com - Pilpres Perancis putaran pertama, Minggu (23/4/2017), diwarnai kericuhan setelah massa menolak hasil perhitungan sementara yang menunjukkan Emmanuel Macron unggul dan Marine Le Pen berada di posisi kedua.
Jika keduanya akan terus menempati posisi dua besar hingga hasil penghitungan final, berarti mereka akan maju untuk betarung pada pilpres putaran kedua pada 7 Mei nanti, sebagaimana dilaporkan Daily Mirror pada Senin (24/4/2017).
Kedua tokoh itu menyisihkan tiga calon lain, yakni tokoh konservatif Francois Fillon, mantan menteri kubu sosialis Benoit Hamon, dan anggota Parlemen Eropa asal Perancis Jean-Luc Melenchon.
Macron berada di tempat pertama dengan meraih 23 suara dan Le Pen berada di belakangnya dengan mengantongi 21,6 persen suara, demikian hasil sementara pilpres putaran pertama.
Fillon yang meraih 19 persen berada di urutan ke tiga. Dua kandidat lain tertinggal jauh di bawahnya.
Setelah mengetahui hasil sementara putaran pertama, massa “anti-fasis” pun bentrok dengan polisi antihuru-hara, yang menembakkan gas air mata, Minggu malam atau Senin (24/4/2017) WIB.
Kekerasan terjadi ketika gas air mata ditembakkan kepada ratusan pemrotes di Place de la Bastille, Paris timur, dengan sejumlah warga dilaporkan dipukul dengan balok atau papan.
Ratusan pemrotes dari kelompok mahasiswa, beberapa dari kelompok anarkis dan anti-fasis, berkumpul untuk melakukan demonstrasi menentang Marine Le Pen dan kebijakan anti-imigrasinya.
Puluhan polisi bergerak menuju Boulevard Beaumarchais untuk mencegah massa ke Bastille.
Seorang netize, Le Francillien, menulis di situs jejaring sosial, “Jadi sekarang, apa yang kita lakukan atas demokrasi dan hasilnya? Kaum fasis sedang menemukan jalan keluarnya."
Netizen lain, Paul Guyonnet, mengatakan, "Kami kembali ke Bastille - kami tidak ingin Le Pen atau Macron dan malam ini adalah revolusi."
Pilpres Perancis putaran pertama untuk menentukan dua kandidat yang akan bertarung pada putaran kedua.
Pemenang akan menggantikan Francois Hollande sebagai pemimpin di salah satu negara kuat di Uni Eropa itu.
Hasil pilpres akan berkaitan langsung dengan perundingan keluarnya Inggris dari UE, atau yang dikenal dengan Brexit.
Jika Le Pen menang, kata banyak pengamat, bisa membuat banyak proyek UE berantakan.
Pemimpin Le Pen, Ketua Partai Front Nasional telah berjanji untuk menarik Perancis dari zona euro dan memperkirakan proyek UE pada akhirnya akan mati.
Namun, hasil jajak pendapat terbaru menunjukkan, Macron, seorang mantan bankir yang mendirikan partainya setahun yang lalu, dapat memenangkan pilpres.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.