Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/04/2017, 09:36 WIB

JUBA, KOMPAS.com - Sedikitnya 172 orang meninggal akibat kolera di seluruh 14 distrik di Sudan Selatan sejak wabah tersebut dilaporkan meletus pertengahan tahun lalu, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Kamis (20/4/2017).

Kantor PBB bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan hingga 14 April ini, 6.222 kasus kolera telah dilaporkan sejak kasus awal dicatat pada 18 Juni 2016.

"Kasus baru telah terus dilaporkan di lokasi baru di seluruh negeri itu selama musim kering," kata OCHA dalam laporan terkininya yang disiarkan di Juba, ibu kota Sudan Selatan.

Menurut PBB, sebagaimana diberitakan Xinhua, Jumat (21/4/2017), ada keprihatinan bahwa wabah tersebut akan meningkat dan menyebar selama musim penghujan mendatang.

Baca juga: PBB: 300 Orang Tewas akibat Bentrokan Senjata di Sudan Selatan

Kondisi akan diperparah oleh konflik bersenjata, pengungsian, dan akses yang tak memadai ke kebersihan dan air bersih.

Kolera adalah penyakit pencernaan, yang biasanya disebarkan oleh makanan dan air yang tercemar.

Korela bisa mengakibatkan diare parah yang dan dapat mengakibatkan dehidrasi fatal serta gagal ginjal dalam waktu beberapa jam.

OCHA menyatakan, upaya penanggulangan sedang dilakukan Dinas Kesehatan, Kebersihan, dan Tata Air di negara bagian Jonglei (WASH).

Baca juga: Pasokan Medik Semakin Buruk, Sudan Selatan Tapaki Puncak Krisis Kemanusiaan

Sementara beberapa tim menanggapi kasus baru dan dugaan kolera di Duk, Ayod, dan Fangak di Jonglei, di tengah wabah yang berlangsung lama sejak Sudan Selatan menjadi negara mereka pada Juli 2011.

Para ahli kesehatan mengatakan, beberapa kasus kolera di seluruh negeri tak dikonfirmasi akibat kekurangan perlengkapan laboratorium yang diperlukan untuk memperoleh diagnosis yang ditangani oleh organisasi kemanusiaan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com