KOMPAS.com - Krisis politik dan keamanan yang terjadi di Suriah, tak hanya melibatkan kubu Pemerintah Presiden Bashar al Asaad melawan kelompok pemberontak yang hendak menggulingkannya.
Lebih dari itu, ada sejumlah kelompok, bahkan negara yang terkait dalam krisis berkepanjangan yang terjadi di negeri itu.
Awalnya, militer Suriah yang resminya bernama Syrian Arab Army (SAA) mengalami kekalahan besar dari kelompok anti-Presiden Bashar al-Assad yang tergabung dalam Free Syrian Army.
SAA yang adalah gabungan pasukan pertahanan nasional Suriah dengan dukungan milisi bersenjata pro-Assad mengalami kekalahan tersebut pada tahun 2011.
Kelompok Free Syrian Army lantas mengklaim diri sebagai sayap moderat, yang muncul dari aksi protes menentang rezim Assad di tahun 2011.
Bersama milisi non-jihadis, kelompok pemberontak ini terus berusaha menumbangkan Presiden Assad dan menuntut digelarnya pemilu demokratis.
Kelompok tersebut didukung Amerika Serikat dan Turki. Namun, kekuatan FSA kian melemah, akibat sejumlah anggota milisi pendukungnya memilih bergabung dengan kelompok teroris.
Lalu, Kelompok teroris Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) yang memanfaatkan kekacauan di Suriah dan vakum kekuasaan di Irak, pun menjadi bagian dalam perang di Suriah.
Teroris ISIS pada tahun 2014 merebut wilayah luas di Suriah dan Irak.
ISIS berusaha mendirikan kekalifahan, namun nama kelompok ini tercoreng akibat aksi genosida, pembunuhan sandera, serta penyiksaan brutal.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.