Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Trump "Tiru" Langkah Australia Soal Visa Pekerja Asing

Kompas.com - 19/04/2017, 16:48 WIB

Dengan upaya merombak program perlindungan kesehatan yang diluncurkan Presiden Barack Obama dan menghentikan aturan pajak di Kongres, Trump hanya mengandalkan inpres untuk mengubah kebijakan.

Belum jelas apakah inpres terbaru itu akan segera membuahkan hasil.

Golongan visa H-1B meliputi batasan waktu yang tak pasti, sementara pada bagian pengadaan jasa pemerintah, batasan waktu begitu jelas.

"Kami berharap agar maksud instruksi Presiden Trump pada program visa H-1B adalah untuk 'memperbaikinya, bukan mengakhirinya," kata Robert Atkinson, Presiden Yayasan Teknologi Informasi dan Inovasi.

Yayasan Teknologi Informasi dan Inovasi adalah sebuah kelompok industri teknologi utama.

Memberlakukan sistem visa H-1B yang lebih didasarkan pada kelayakan bisa menarik lebih banyak orang dengan pengetahuan dan kemampuan teknologi canggih, sebut Atkinson.

Kendati demikian, dia mengatakan, beberapa ide bisa membuat sistem itu tak efektif.

Misalnya pemasangan iklan lowongan pekerjaan dalam waktu yang lama untuk membuktikan tak tersedianya pekerja asal AS.

Kritik terhadap program ini menyebut, sebagian besar visa H-1B diberikan untuk lapangan pekerjaan yang bergaji rendah di perusahaan ‘outsourcing’, kebanyakan berbasis di India.

Mereka mengatakan, kondisi itu mengambil lapangan pekerjaan warga AS dan menurunkan upah.

Warga negara India adalah kelompok terbesar yang menerima visa H-1B per tahun-nya

Perubahan tersebut bisa memengaruhi sejumlah perusahaan besar AS.

Sebutlah Tata Consultancy Services Ltd, Cognizant Tech Solutions Corp dan Infosys Ltd, yang menghubungkan Silicon Valley dengan ribuan insinyur serta programmer asing.

Namun, belum ada pihak yang bersedia memberikan komentar terkait hal ini.

"Kini, penyalahgunaan luas dalam sistem imigrasi kami memungkinkan pekerja AS dari semua latar belakang digantikan oleh pekerja yang didatangkan dari negara lain," kata Trump.

Visa itu dimaksudkan untuk warga negara asing dengan pekerjaan yang umumnya memerlukan pengetahuan khusus - seperti sains, teknik atau pemrograman komputer.

Pemerintah AS menggunakan sistem undian untuk memberikan 65.000 visa ini setiap tahun dan mendistribusikan 20.000 visa lainnya secara acak kepada lulusan universitas.

Kritikus mengatakan, sistem undian menguntungkan perusahaan ‘outsourcing’ yang membanjiri sistem dengan aplikasi massal, untuk visa bagi pekerja teknologi informasi dengan gaji lebih rendah.

Baca: Dinilai Tak Ada Timbal Balik, Kebijakan Bebas Visa Dievaluasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com