Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suara Sang Ibu di Balik Perjuangan Malala Yousafzai ...

Kompas.com - 19/04/2017, 16:12 WIB

"Tapi jika wawancara-wawancara ini menggunakan bahasa saya sendiri, itu akan lebih mudah," sambung dia.

Toor Pekai jelas mempunyai kisah yang menarik saat menceritakan semua peristiwa ketika membawa Malala bepergian ke seluruh dunia.

Ia terlihat masih sangat marah saat dirinya mengingat Malala berjuang untuk kesembuhannya di rumah sakit.

Ia memilin tangannya dan menangis, namun ia buru-buru tersenyum kembali saat ia memikirkan kehidupan putrinya yang sekarang, keberhasilan yang ia raih, dan masa depan yang ada di depannya.

Setiap tahun hidup Malala adalah bonus bagi Toor Pekai.

"Tahun lalu saya menulis di kartu ulang tahunnya 'kau adalah putri saya yang berusia empat tahun karena sekarang saya menghitung tahun sejak serangan itu'. Sepertinya ia terlahir kembali dari peristiwa itu."

Kini Toor Pekai menetap di Inggris, mengurus Malala dan dua putranya.

Meskipun Malala memenangkan hadiah Nobel Perdamaian yang menempatkannya bersama banyak tokoh dunia, sang ibu masih menyuruhnya untuk membersihkan kamarnya dan mengurus dirinya sendiri.

Baca: Malala Raih Nobel Perdamaian

Bahkan, ia seperti kebanyakan ibu-ibu lainnya yang menghadapi remaja milenial, ketika ia menggambarkan hubungan dia dalam kehidupan sehari-hari dengan anak perempuannya.

"Ia tidak begitu banyak makan dan minum. Tidurnya tidak tepat waktu dan belajar sampai tengah malam."

"Kami menyuruhnya makan buah-buahan dan salat, dan ia malah menyuruh adik-adiknya untuk melaksanakan semua itu, namun ia sendiri tidak melakukannya."

Di Pakistan Toor Pekai tidak mengenyam pendidikan, namun ia kini mengikuti pelajaran Bahasa Inggris di Birmingham dan menjalin persahabatan di kelas yang ikuti.

"Beberapa dari mereka berasal dari Swat, Pakistan, dan saya sudah kenal mereka di sana. Teman-teman baru saya yang lainnya berasal dari Peshawar."

"Tidak banyak orang asal Pakistan di kelas Bahasa Inggris yang saya ikuti, tapi ada orang-orang dari Irak, Iran dan satu dari Afghanistan."

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com