Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suara Keras Trump untuk Korut dan Panasnya Semenanjung Korea...

Kompas.com - 18/04/2017, 16:51 WIB

KOMPAS.com - Sehari setelah misi uji coba peluru kendali Korea Utara yang gagal, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeluarkan peringatan kepada pemerintah di Pyongyang.

Pesan tegas Trump dari Washington, pada Senin (17/4/2017) itu meminta agar Pemerintah Korut "menjaga sikap".

Ucapan, "Korea Utara harus menjaga sikap" keluar dari mulut Trump ketika wartawan CNN menanyakan apa pesan yang ingin disampaikan kepada Pemimpin Korut Kim Jong Un?

Senada dengan Trump, Wakil Presiden Mike Pence di Korea Selatan, dalam waktu yang bersamaan mengeluarkan peringatan bahwa kesabaran AS untuk Korut kini telah berakhir.

Baca: Wapres Mike Pence: Kesabaran AS terhadap Korut Sudah Berakhir

Namun, sebagai balasan atas segala ucapan itu Wakil Duta Besar Korut untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Kim In Ryong justru mengeluarkan tudingan. 

Dia menyebut PBB sengaja menggiring Semenanjung Korea menjadi pusat perhatian dunia terbesar, sambil menciptakan situasi yang sangat berbahaya.

Disebutkan, ancaman perang nuklir kini dapat pecah setiap saat di sana.

Baca: Korut Buka Opsi Lakukan Serangan Nuklir terhadap AS

Perjalanan Wapres Pence ke Asia selama 10 hari pun diawali dengan menginjakkan kaki di zona demiliterisasi (DMZ) di Semenanjung Korea yang membelah utara dan selatan.

Hal itu dilakukan Pence untuk menekankan sikap dan komitmen AS terhadap krisis yang terjadi di kawasan itu.

Dari tempatnya berdiri, Pence dapat melihat para serdadu Korut yang berjaga dengan dipagari batas kawat berduri. 

Dengan mengenakan jaket bak pengebom bunuh diri, Pence memberikan pengarahan di dekat garis DMZ, di mana ada dua serdadu Korut yang menyaksikan dari jarak yang cukup dekat.

Salah satu dari prajurit Korut itu terlihat mengambil gambar tamu asal AS tersebut.

Kepada wartawan yang mengiringinya, Pence menyebutkan, Trump sangat berharap China bisa mengunakan posisinya yang kuat untuk menekan Korut.

Tekanan itu terkait dengan permintaan agar Korut menyudahi program persenjataan yang dijalankannya.

Kendati demikian, Pence pun mengungkapkan ketidaksabarannya terkait tidak adanya keinginan dari Korut untuk menyudahi program senjata nuklir dan percobaan rudal balistiknya.

"Masa-masa kesabaran strategis AS kini sudah berakhir," tegas Pence, seperti dikutip Associated Press.

"Presiden Trump sudah mengungkapkan itu dengan tegas bahwa kesabaran AS dan negara-negara sekutunya di kawasan ini sudah semakin menipis," sambung dia.

"Kami ingin segera melihat perubahan," kata Pence lagi.

"Kami ingin Korut menyudahi program nuklir mereka, dan proses percobaan rudal berkelanjutan," kata dia.

Di New York, Kim In Ryong mengatakan, latihan militer AS dan Korsel yang digelar di kawasan itu kini menjadi yang terbesar, dan merupakan upaya memancing perang yang agresif.

Ryong menegaskan, negaranya siap untuk melayani segala bentuk perang yang dikehendaki AS.

Sementara, dari Moskwa, Rusia, Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov, pada Senin malam, berharap tak akan ada tindakan unilateral di Korut, seperti yang kini terjadi di Suriah.

Dia pun meminta AS dapat mengikuti aturan seperti yang didengung-dengungkan Trump selama masa kampanye pemilihan presiden lalu.

Baca: Dalam Parade Militer, Korut Pamerkan Rudal Balistik Barunya

Di sisi lain, China mengajukan tawaran negosiasi. Juru bicara Menteri Luar Negeri Lu Kang tensi yang meninggi di Semenanjung Korea harus diredakan, demi penyelesaian damai.

Lu mengatakan China menghendaki dilanjutkannya negosiasi multi-pihak yang berakhir dengan jalan buntu pada 2009.

China pun menyebut, rencana AS untuk menggelar sistem pertahanan rudal di Korea Selatan akan merusak hubungan China dengan Korut.

Selanjutnya, di Tokyo, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, pun berbicara mengenai isu yang sama di harapan parlemen, kemarin.

Dia meminta agar Korut menghentikan langkah-langkah provokasi yang hanya memanas-manasi situasi yang telah panas di Semenanjung Korea.

Baca: Korut Didesak Tidak Melakukan Provokasi Lebih Lanjut

"Tak perlu dikatakan, upaya diplomatik penting untuk menjaga perdamaian. Tapi dialog demi berdialog ada artinya." 

"Kita perlu untuk menerapkan tekanan pada Korea Utara sehingga mereka serius menanggapi ajakan dialog dengan masyarakat internasional," kata Abe.

Abe lalu mendesak China dan Rusia untuk memainkan peran yang lebih konstruktif tentang krisis ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com