Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: 16 Pesawat Pengebom AS Serang Jepang

Kompas.com - 18/04/2017, 16:29 WIB

KOMPAS.com - Jika Anda pernah menyaksikan film Pearl Harbor (2001) yang dibintangi Ben Afleck dan Josh Hartnett, pasti Anda mengingat karakter Letkol James Doolittle yang diperankan Alec Baldwin.

Nah, hari ini tepatnya 17 April 1942, Letkol Doolittle mencatatkan namanya dalam sejarah dunia dengan memimpin sebuah serangan udara terhadap Tokyo.

Serangan ini terbilang unik sebab dilakukan dengan cara yang tak lazim yaitu menggunakan 16 pesawat pengebom menengah B-25B Mitchell yang diluncurkan dari geladak kapal induk USS Hornet.

Misi ini unik karena pesawat B-25B Mitchell yang diawaki lima orang itu tak dirancang untuk diterbangkan dari landasan pendek sebuah kapal induk.

Jadi pendek kata, rencana ini selain sangat unik dan inovatif juga sangat berbahaya.

Misi ini diawali niat Presiden Franklin D Roosevelt dalam sebuah pertemuan dengan para kepala staf angkatan bersenjata AS pada 21 Desember 1941.

Beberapa pekan sebelumnya, Pearl Harbor baru saja diluluhlantakkan Jepang sehingga membuat moral bangsa Amerika runtuh.

Baca: Hari Ini dalam Sejarah: Kembalinya Lenin dari Pengasingan

Roosevelt membutuhkan sebuah aksi yang spektakuler untuk memompa semangat, moral, dan rasa percaya diri bangsa Amerika.

Doolittle yang dipilih menjadi perencana dan pemimpin misi ini segera melakukan rekrutmen dan pemilihan pesawat yang akan digunakan.

Pesawat yang akan digunakan harus memiliki daya jelajah 4.400 kilometer dengan membawa bom total seberat 910 kilogram.

Pilihan akhirnya dijatuhkan kepada B-25B Mitchell yang tetap harus dirombak besar-besaran demi menambah daya jelajahnya yang hanya 1.300 kilometer itu.

Setelah melakan modifikasi besar-besaran dan latihan yang sangat melelahkan, pada 1 April 1942 ke-16 pesawat pengebom B-25B itu bersama para kru dan teknisinya dinaikkan ke atas kapal induk USS Hornet.

Setiap pesawat pengebom membawa empat bom seberat masing-masing 225 kilogram yang dirancang khusus untuk memberi daya hantam yang besar.

US Air Force/Wikipedia Kru pesawat pengebom B-25B Mitchell nomor satu, dari kiri ke kanan (baris depan) Letkol Doolittle, pilot; Letnan Richard E Cole, kopilot; (baris belakang) Letnan Henry A Potter, navigator; Sersan Fred A Braemer, juru bom; Sersan Paul J Leonard, teknisi/penembak.

Setelah lima hari berlayar dengan 16 pesawat pengebom yang diikat erat di geladaknya, USS Hornet bersua dengan Gugus Tugas 16 pimpinan Laksamana William F Halsey Jr.

Dalam gugus tugas ini terdapat kapal induk USS Enterprise dengan tiga kapal perusak berat, satu perusak ringan, delapan perusak, dan dua kapal bahan bakar.

Tugas USS Enterprise dan armadanya adalah melindungi USS Hornet dari ancaman serangan udara Jepang karena seluruh geladak kapal induk itu digunakan sebagai "lahan parkir" 16 B-25B Mitchell.

Pada 18 April 1942 sekitar pukul 07.30 pagi, USS Hornet berada dalam jarak sekitar 1.200 kilometer dari Jepang.

Celakanya, USS Hornet terlihat kapal patroli Jepang Nitto Maru yang langsung melapor keberadaan kapal AS itu ke markas besar militer di Tokyo.

Kapal perusak ringan USS Nashville akhirnya menenggelamkan kapal patroli Jepang tersebut. Kapten kapalnya bunuh diri dan 11 kru ditawan AS.

Baca: Hari Ini dalam Sejarah: Uni Soviet Akui Dalangi Pembantaian Katyn

Karena sudah ketahuan, maka Doolittle memutuskan untuk menerbangkan ke-16 B-26B itu, 10 jam lebih awal dan 310 kilometer lebih jauh dari jarak yang direncanakan.

Misi ini sungguh berbahaya setiap pesawat B-25B hanya memiliki landasan sepanjag 142 meter untuk lepas landas. Jika gagal, maka mereka akan langsung terjun ke laut.

Meski ini adalah pengalaman pertama para pilot lepas landas dari kapal induk, ke-16 pesawat pengebom tersebut sukses lepas landas tanpa masalah berarti antara pukul 08.20 hingga 09.19 waktu setempat.

Pesawat-pesawat itu kemudian terbang di ketinggian maksimal menuju Jepang demi menghindari pantauan musuh.

Enam jam kemudian mereka tiba di Tokyo tepat pada tengah hari waktu Jepang. Dari ketinggian 460 meter mereka menjatuhkan bom ke 10 target militer dan industri di Tokyo.

Dua sasaran lain di Yokohama dan masing-masing satu sasaran di kota  Yokosuka, Nagoya, Kobe, dan Osaka.

Luar biasanya, meski dihujani tembakan anti-serangan udara, tak satupun B-25B itu tertembak dan jatuh di wilayah Jepang.

US Navy/Wikipedia Beginilah kondisi 16 pesawat pengebom B-25B MItchell yang berdesakan di geladak kapal induk USS Hornet.

Sesuai rencana, setelah melakukan pengeboman, ke-16 pesawat itu harus "melarikan diri" ke wilayah sekutu di China.

Setelah 13 jam terbang, 15 pesawat mendarat darurat di China. Satu pesawat lainnya mendarat di Vladivostok, Rusia di mana pesawat itu disita dan krunya ditahan.

Setelah pengeboman itu, sebagian kru B-25B yang mendarat di China selamat atas bantuan warga sipil dan militer China.

Sebanyak 69 kru pesawat lolos dari maut atau ditangkap musuh, dan hanya tiga orang yang gugur dalam tugas.

Misi Doolittle ini sebenarnya hanya memberikan kerusakan kecil terhadap Jepang dan kerusakan itu dengan cepat diperbaiki.

Meski demikian, tujuan utama misi tersebut untuk meningkatkan moral dan kepercayaan bangsa Amerika sukses besar.

Baca: Hari Ini dalam Sejarah: Napoleon Bonaparte Dibuang ke Pulau Elba

Rakyat Amerika Serikat bersuka ria saat kabar pengeboman terhadap Jepang itu dipublikasikan media massa.

Selain itu, kesuksesan Doolittle menembus wilayah udara Jepang memunculkan keraguan di kalangan warga negeri tersebut soal kemampuan militer melindungi tanah air.

Serangan ini juga menjadi salah satu sebab keputusan Laksamana Isoroku Yamamoto untuk menyerang Kepulauan Midway di Samudera Pasifik.

Pertempuran Midway inilah yang mengubah jalannya Perang Pasifik yang berujung pada kekalahan AL Kekaisaran Jepang.

Sementara Doolitle, menerima penghargaan Medal of Honor dan mendapat kenaikan pangkat menjadi brigadir jenderal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com