Setelah perang berakhir, masalah pembantaian Katyn seolah terlupakan selama 40 tahun hingga Uni Soviet akhirnya membuka tabir tentang keterlibatannya pada 1990.
Ada dua faktor yang mendorong Uni Soviet saat itu akhirnya mengakui peran dalam pembunuhan ribuan perwira Polandia itu.
Pertama, adalah kebijakan keterbukaan yang tengah didorong oleh pemimpin Uni Soviet saat itu, Mikhail Gorbachev.
Keterbukaan ini termasuk pengakuan Uni Soviet terhadap sejumlah sejarah yang ditutupi terutama di masa pemerintahan Stalin.
Faktor kedua adalah kondisi hubungan Polandia dan Uni Soviet pada 1990, di mana genggaman Uni Soviet terhadap negara-negara satelitnya semakin lemah.
Meski demikian, Gorbachev mencoba untuk mempertahankan pengaruh Uni Soviet sebanyak mungkin di Eropa Timur.
Di Polandia, gerakan solidaritas pimpinan Lech Walesa perlahan, namun pasti menggerogoti kekuasaan Partai Komunis.
Nah, Uni Soviet berharap pengakuan keterlibatan dalam pembantaian Katyn dan permintaan maaf bisa mengendurkan ketegangan diplomatik antara Polandia dan Uni Soviet.
"Pemerintah Soviet menyampaikan rasa duka cita mendalam terkait tragedi itu dan mengakuinya sebagai salah satu bentuk kekejaman terburuk Stalin," demikian pernyataan resmi pemerintah Uni Soviet.
Apakah pengakuan Uni Soviet ini memberikan dampak seperti yang diinginkan, sulit untuk dipastikan.
Sebab, rezim komunis Polandia tumbang pada akhir 1990-an dan Lech Walesa menjadi presiden terpilih Polandia pada Desember.
Sementara itu, pada Desember 1991, Gorbachev mengundurkan diri dari jabatannya yang sekaligus mengakhiri eksistensi Uni Soviet.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.