Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Algojo Davao: Saya Bunuh 200 orang, Saudara Sendiri Pun Jadi Korban

Kompas.com - 12/04/2017, 16:25 WIB

MANILA, KOMPAS.com - Arturo Lascañas adalah seorang polisi senior Filipina dan pembunuh massal yang mengakui tindakannya.

Dia mengklaim telah membunuh lebih dari 200 orang selama kariernya, termasuk membunuh saudara kandungnya.

Lascañas mengaku pernah menjadi anggota 'skuat maut' di bawah perintah Rodrigo Duterte, ketika  dulu sebagai wali kota Davao dan kini menjabat Presiden Filipina.

Dalam wawancara eksklusif dengan wartawan BBC Indonesia, Rebecca Henschke, Lascañas berbincang mengenai kehidupannya saat menjadi pembunuh.

"Saat saya muda, kami biasa menembak mereka sambil mengendarai sepeda motor. Pembunuhan lainnya saya yang perintahkan,” katanya.

“Namun, selama masa muda, kadang kala saya pribadi yang menembak orang-orang yang menjadi target dalam narkoba atau aktivitas kriminal lainnya di Kota Davao pada 1989 hingga 1998."

Dia mengklaim Rodrigo Duterte tahu setiap pembunuhan.

"Kami tidak akan beraksi terhadap target kami tanpa seizin wali kota. Kami selalu memastikan semuanya dengan Wali Kota Rudi (Duterte). Jika tiada kepastian, Anda bisa dapat masalah."

Lascañas mengatakan pekerjaan mereka adalah membunuh para pelaku kriminal, tanpa pengadilan atau proses yang seharusnya.

"Semua bentuk geng kriminal, kejahatan terorganisir, termasuk penculikan, pencurian, pembunuhan, dan seterusnya. Namun, kemudian kami akan membentuk kelompok terpilih dari unit kami, karena komposisi dari unit kami, kalau saya tidak salah, lebih dari 50 personel."

"Sejak saya berusia 21 tahun sampai pensiun, saya membunuh lebih dari 200 orag. Saya sendiri bertanggung jawab secara tidak langsung atas kematian dua saudara kandung karena kepatuhan buta, loyalitas buta pada aksi ini. Saya melihat diri saya sebagai korban.

"Saya memerintahkan pembunuhan terhadap dua saudara kandung saya. Kolega-kolega saya di kepolisian memberitahu saya bahwa adik saya terlibat narkoba. Saya malu kalau Wali Kota Rudi (Duterte) sampai tahu," katanya.

"Jadi saya bilang ke mereka bahwa mereka bisa beraksi terhadap adik saya. Jika dia melawan, tangkap dan bunuh dia. Dan dia pun dibunuh. Adik saya yang kedua juga sama. Saya bilang ke mereka 'beraksi terhadap adik saya dan jika melawan, bunuh. Dan dia dibunuh."

"Seingat saya, sebagian besar orang tidak melawan. Namun, perintah wali kota adalah melumpuhkan mereka. Kami akan menaruh pistol dan narkoba (pada mereka) sehingga terlihat aksi ini legal dan seperti ada perlawanan."

Sepanjang kariernya bersama skuat maut di Davao, Lascañas mengaku biasa dibayar antara 20.000 hingga 100.000 peso untuk setiap orang yang dibunuh.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com