TANTA, KOMPAS.com - Jumlah jemaat yang tewas dalam dua ledakan bom di gereja Koptik di Kota Tanta dan Alexandria, Mesir, saat ibadah Minggu Palma, Minggu (9/4/2017) telah bertambah menjadi 44 orang.
Presiden Abdel Fattah el-Sisi pun memerintahkan penyebaran pasukan keamanan dan mendeklarasikan negara dalam keadaan darurat hingga tiga bulan ke depan.
Sebelumnya, seperti diberitakan Reuters, kelompok teroris Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut.
Baca: Kelompok Teroris Ini Mengaku Ledakkan Bom di 2 Gereja di Mesir
Rangkaian serangan ini terjadi hanya satu minggu menjelang perayaan Paskah, dan juga rencana kunjungan Pemimpin Umat Katolik Sedunia, Paus Fransiskus ke Mesir.
Aksi teror ini merupakan peristiwa terbaru yang dialami kelompok religius minoritas di Mesir, yang dilakukan oleh kelompok teroris.
Situasi ini menjadi tantangan tersendiri bagi Presiden Mesir yang telah berjanji untuk melindungi kelompok minoritas dalam salah satu janji kampanye melawan gerakan ekstrimis.
Ledakan pertama terjadi di Kota Tanta, kota yang berada di delta Sungai Nil, sekitar 100 kilometer sebelah utara Kairo.
Baca: Bom Meledak di Tengah Ibadah Minggu Palma, 21 Jemaat Gereja Tewas di Tanta
Peristiwa itu terjadi di dalam Gereja St. George ketika ibadah Minggu Palma sedang berlangsung. Bom dipasang di bagian depan kursi jemaat di dalam ruang ibadah.
Ledakan itu tercatat menewaskan 27 orang dan melukai lebih dari 78 orang. Demikian data yang dilansir pihak Kementerian Kesehatan Mesir.
Ledakan kedua terjadi beberapa jam setelah itu di Kota Alexandria, di Katedral Santo Markus.
Baca: Setelah Tanta, Ledakan Bom Guncang Gereja di Alexandria, 11 Tewas
Tercatat ada 17 korban tewas dalam ledakan ini, dan 48 lainnya terluka.
Pemimpin umat Kristen Koptik, Paus Tawadros sedang memimpin ibadah Minggu Palma di gereja itu, saat ledakan yang disebut sebagai serangan bom bunuh diri tersebut terjadi.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.