DUBAI, KOMPAS.com - Presiden Iran Hassan Rouhani, Sabtu (8/4/2017), menyerukan agar dilakukannya penyelidikan imparsial pada dugaan serangan senjata kimia di Suriah, Selasa (4/4/2017).
Rouhani juga memperingatkan bahwa serangan sekitar 60 rudal tomahawk Amerika Serikat (AS) ke pangkalan udara militer Suriah di Al Shayrat, Homs, berisiko meningkatkan ekstremisme di wilayah itu.
"Kami meminta agar lembaga pencari fakta internasional dibentuk... untuk mencari tahu asal senjata kimia ini," kata Rouhani dalam pidatonya, Sabtu.
Teheran adalah sekutu utama kawasan Presiden Suriah Bashar al-Assad dan telah memberikan dukungan militer dan ekonomi untuk upayanya melawan kelompok pemberontak dan militan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).
Sekalipun oposisi Suriah menyambut baik serangan rudal AS di pangkalan udara militer Suriah pada Jumat (7/4/2017) dini hari, kelompok itu mengatakan, serangan itu jangan berlangsung hanya satu kali.
Baca juga: Serangan Senjata Kimia Tewaskan 70 Orang di Idlib, Suriah
Oposisi sendiri tidak cukup mampu untuk menghentikan pesawat-pesawat tempur pemerintah Suriah yang menggempuri daerah-daerah mereka kuasai.
Namun, dalam kicauan tentang serangan rudal, Rouhani mengatakan, "Saya menyerukan dunia untuk menolak kebijakan tersebut, yang hanya membawa kehancuran dan bahaya ke kawasan dan dunia."
"Agresi AS Amerika Serikat terhadap Shayrat (pangkalan udara) memperkuat ekstremisme regional dan teror, serta pelanggaran hukum global dan ketidakstabilan, dan harus dikutuk," kata Rouhani.
Iran mengatakan memiliki penasihat militer dan relawan di Suriah tapi membantah memiliki kekuatan konvensional di lapangan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.