Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/04/2017, 08:32 WIB

GENEVA, KOMPAS.com - Situasi di Suriah saat ini "menjadi konflik bersenjata internasional" setelah hampir 60 rudal tomahawk Amerika Serikat yang menghantam pangkalan udara militer Suriah.

Menurut Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Jumat (7/4/2017), memperluas kewajiban kemanusiaan kedua belah pihak untuk menangani tawanan perang, seperti dilaporkan Reuters.

AS menembakkan 59 peluru kendali dari dua kapal perusaknya di Laut Mediterania ke pangkalan mliter Suriah pada Jumat dini hari.

Presiden AS Donald Trump menyebutkan bahwa serangan menyasar tempat serangan senjata kimia maut yang menewaskan 86 warga sipil di Idlib, Suriah, pada Selasa (4/4/2017).

Rangkaian tembakan rudal itu merupakan serangan langsung pertama AS terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad setelah enam tahun perang saudara.

Baca juga: Serangan Rudal AS Hancurkan 9 Pesawat Tempur Suriah

"Operasi militer apa pun oleh suatu negara ke wilayah negara lainnya tanpa persetujuan pihak lainnya telah menjadi suatu konflik bersenjata internasional," kata juru bicara ICRC, Iolanda Jaquemet.

"Menurut informasi yang ada, serangan AS terhadap infrastruktur militer Suriah itu telah membuat situasinya menjadi konflik bersenjata internasional," ujarnya.

Pernyataan Jaquement diperkuat Andrew Clapham, pengajar ilmu hukum internasional pada Graduate's Institute di Geveva, Swiss.

Washington mengatakan rezim Suriah adalah pihak yang melakukan serangan gas beracun di kota Khan Sheikhoun, Provinsi Idlib, yang dikuasai oposisi.

Serangan menewaskan sekitar 86 orang dan sebagian di antaranya adalah anak-anak.

Baca juga: Apa Reaksi Dunia atas Serangan 60 Rudal Tomahawk AS ke Suriah?

Namun, Damaskus dan sekutunya yang melakukan operasi militers di Suriah, yakni Rusia, membantah bertanggung jawab atas serangan.

Moskwa mengatakan gas beracun yang membunuh dan mencederai warga adalah dampak kebocoran gudang senjata kimia milik oposisi yang terkena serangan udara pemerintah Suriah.

Rusia telah melancarkan serangkaian serangan udara bersama-sama dengan sekutunya, Assad, sejak September 2015.

Sementara itu milisi-milisi Iran, terutama Hezbollah dari Lebanon, juga bertempur bersama pasukan pemerintah Suriah menghadapi milisi-milisi oposisi dan milisi garis keras.

Turki juga terlibat melakukan serangan ke Suriah utara lebih dari enam bulan lalu untuk mendorong kelompok militan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) dan pejuang Kurdi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com