Para sekutu bergabung
April 2013. Kelompok Hezbollah yang didukung Iran mengatakan, pihaknya sedang bertempur bersama pasukan pemerintah melawan “pemberontak” (sebutan awal untuk kelompok oposisi).
Iran pun meningkatkan dukungan militernya kepada Hezbollah, sekutu Assad tersebut.
Senjata kimia
21 Augus 2013. Washington, pendukung oposisi moderat, menuding rezim Assad telah membunuh lebih dari 1.400 orang dengan senjata kimia di distrik yang dikuasai oposisi di Damaskus.
Sebulan kemudian, September, Amerika Serikat dan Rusia, sekutu Assad, setuju dengan rencana untuk menekan penggunaan senjata kimia.
Presiden Barack Obama ketika itu bersumpah untuk bertindak jika Suriah menyeberangi "garis merah" dengan menggunakan senjata kimia.
Kegagalan Obama menekan Suriah dari penggunaan senjata kimia pun membuat Perancis dan Arab Saudi kecewa.
Kelompok radikal bangkit
Mulai tahun 2013, kaum jihadis garis keras, termasuk sayap Al Qaeda di Suriah yakni Front Al-Nusra, memperluas area pengaruhnya di Suriah utara dengan merekrut pemberontak atau oposisi moderat.
Pada 2014, kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) merebut sebagian besar wilayah Suriah dan memproklamirkan pemerintahan gaya khalifah yang mengendalikan sebagian Irak dan Suriah.
Serangan udara koalisi AS
Pada September 2014, Obama bersumpah untuk membangun koalisi internasional untuk mengalahkan ISIS.
AS pun melakukan serangan udara pertama ke Suriah menjelang akhir bulan itu.
Serangan itu menguntungkan kelompok Kurdi, yang pada tahun 2013 mendeklarasikan pemerintahan otonomi yang luas di daerah dengan mayoriotas penduduknya beretnis Kurdi.
Pada Januari 2015, pejuang Kurdi yang didukung oleh koalisi AS berhasil mendesak ISIS dari daerah konflik Kobane, dekat perbatasan dengan Turki.
Intervensi Rusia