Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/04/2017, 19:25 WIB

DAMASKUS, KOMPAS.com – Tembakan 60 rudal tomahawk dari kapal perang Amerika Serikat di Laut Mediterania ke pangkalan militer Suriah, Jumat (7/4/2017) dini hari, seakan kembali menyadarkan kita bahwa perdamaian masih sulit diwujudkan di Suriah.

Tembakan yang menarget pangkalan militer Suriah di Al Syairat, tak jauh dari Homs, untuk merespons serangan dengan senjata kimia oleh pasukan Suriah terhadap warga sipil di Idlib.

Serangan dengan senjata kimia yang diduga dilakukan militer Suriah atas dukungan Rusia telah menewaskan sedikitnya 86 orang, Selasa (4/4/2017).

Sedangkan tembakan rudal tomahawk AS selain menghancurkan pangkalan militer, juga menewaskan empat orang di dalamnya.

Itu adalah perkembangan terbaru dari perang saudara yang telah berlangsung selama enam tahun di Suriah, yang mendorong lima juta warganya melarikan diri keluar negeri.

Konflik Suriah dimulai dengan aksi protes damai menuntuk lengsernya Presiden Bashar al-Assad pada Maret 2011.

Namun, tindakan keras aparat keamanan terhadap massa yang melakukan aksi damai justru membangkitkan perlawanan bersenjata. Kini, senjata dilawan dengan senjata terus terjadi.

Organisasi Pemantau HAM Suriah (SOHR) melaporkan, lebih dari 320.000 orang telah tewas akibat perang saudara yang kini memasuki awal tahun ketujuh.

Pemberontakan dan represi

15 Maret 2011. Terjadi aksi protes besar-besaran, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya, melanda Suriah.

Saat itu massa menuntut kebebasan sipil dan pembebasan tahanan politik setelah 40 tahun berada di bawah kekuasaan represif oleh keluarga Assad.

Rezim Assad melakukan tindakan represi terhadap demonstrasi di Damaskus dan Dara'a dengan alasan untuk menghadang “pemberontakan bersenjata oleh kelompok Salafi".

Namun, tindakan represi aparat keamanan Assad justru membangkitkan kekuatan-kekuatan baru di seluruh negeri, sehingga aksi protes terus berlanjut dengan skala lebih besar dan luas.

Pada Juli 2011, tentara Suriah yang membelot, yakni Kolonel Riyadh al-Assad, membentuk kekuatan perlawanan berbasis Turki dengan nama Tentara Pembebasan Suriah (FSA).

Banyak kelompok Islamis bergabung untuk melakukan pemberontakan terhadap Assad.

AFP PHOTO / FADI AL-HALABI Warga menggali kuburan untuk jenazah korban dari dugaan serangan gas beracun di Khan Sheikhun, kota yang dikuasai kelompok pemberontak di Provinsi Idlib, Suriah barat laut, Rabu (5/4/2017). Sedikitnya 72 orang tewas, termasuk 20 anak-anak akibat serangan senjata kimia tersebut.
Serangan udara

1 Maret 2012. Pasukan rezim Assad merebut distrik Baba Amr setelah 27 hari dikuasai oposisi Suriah. Distrik tersebut berada di kota Homs, kota besar ketiga di Suriah. Perebutan distrik tersebut dilakukan dengan dukungan serangan udara besar-besaran.

17 Juli 2012. Pasukan petempur FSA melakukan serangan melawan pasukan loyalis Assad di Damaskus, dan pasukan pemerintah dapat mengalahnya FSA.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com