Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkait Brexit, Bisakah Satu Negara Sendirian di Lingkungan Global?

Kompas.com - 30/03/2017, 07:46 WIB

BERLIN, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Jerman, Sigmar Gabriel, Rabu (29/3/2017), memperingatkan, negosiasi keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE) atau Brexit tidak mudah bagi kedua pihak.

Gabriel juga mengatakan, sangat sulit untuk memahami sebuah negara bisa percaya akan lebih baik sendirian berada di tengah lingkungan yang semakin global seperti dewasa ini.

Berbicara setelah Perdana Menteri Inggris, Theresa May, secara resmi menghitung mundur dua tahun menuju ke Brexit, Gabriel juga menjelaskan bahwa kesatuan 27 negara anggota UE  lainnya akan menjadi prioritas tertinggi Jerman dalam pembicaraan tersebut.

"Negosiasi pasti takkan mudah bagi keduanya (Inggris dan UE)," katanya, sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita Reuters.

"Perasaan buruk bisa dimengerti. Bagi banyak orang itu adalah hal yang sulit untuk dipahami, terutama pada masa-masa yang penuh gejolak, bagaimana orang bisa percaya bahwa mereka akan lebih baik. Tapi ini tidak dapat menjadi dasar untuk menentukan hubungan masa depan kita," ujar Gabriel.

May telah resmi mengajukan surat pengunduran diri negaranya dari UE, Rabu (29/3/2017).

Surat itu akan menjadi awal dari dimulainya negosiasi alot mengenai syarat-syarat keluarnya Inggris selama beberapa tahun mendatang yang menjadi ujian bagi ketahanan UE.

Sembilan bulan setelah warga Inggris Raya memilih untuk keluar, May akhirnya menyerahkan surat kepada Presiden Dewan Uni Eropa Donald Tusk bahwa negaranya akan keluar dari organisasi tempat Inggris menjadi anggota sejak 1973.

May kini mempunyai waktu dua tahun untuk merundingkan syarat-syarat perpisahan sebelum benar-benar keluar dari UE pada Maret 2019.

Namun selain harus menghadapi perundingan keras dengan negara-negara UE lain terkait masalah keuangan, perdagangan, tenaga kerja, dan keamanan, May juga harus mengatasi potensi perpecahan yang kini membayang di kerajaan yang menaungi empat negara tersebut (Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara).

Skotlandia kini sudah mengajukan permohonan referendum untuk merdeka dari Britania Raya.

Hasil dari perundingan dengan UE akan menentukan masa depan negara dengan perkonomian terbesar kelima di dunia tersebut, terutama terkait status London sebagai salah satu dari dua pusat keuangan global.

Sementara itu bagi UE yang juga tengah mengalami masalah krisis utang dan pengungsi, keluarnya Inggris akan menjadi pukulan telak bagi organisasi yang telah berusia 60 tahun tersebut.

Para pemimpin UE kini tengah menghadapi dilema.

Di satu sisi, mereka tidak ingin menghukum Inggris (dengan menerapkan pajak perdagangan sebagai balasan atas pembatasan tenaga kerja asing).

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com