Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pangkalan Militer China di Laut China Selatan Siap Digunakan

Kompas.com - 29/03/2017, 09:26 WIB

BEIJING, KOMPAS.com – Otoritas China saat ini sudah dapat menempatkan pesawat tempur dan peluncur rudalnya di perairan sengketa Laut China Selatan.

Lembaga kajian pakar (think tank) Amerika Serikat mengatakan hal itu sebagaimana dilaporkan kantor berita Reuters, Selasa (28/3/2017).

China memiliki tiga pangkalan militer berskala besar yang telah selesai dibangun di Laut China Selatan. Pangkalan terdiri dari angkatan laut, udara, radar, dan fasilitas pertahanan rudal.

“Beijing sekarang dapat menggeser aset-aset militernya, termasuk pesawat tempur, dan peluncur-peluncur dual bergerak, ke Kepulauan Spratly kapan saja,” kata Asia Martitim Transparency Initiative (AMTI), bagian dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) di Washington DC, AS.

AMTI merilis citra stelit yang diperolehnya pada Maret ini yang disebutnya sebagai pangkalan udara di “tiga besar” pulau, yakni pulau karang Subi, Subi, Mischief, dan Fiery Cross.

Citra satelit di tiga pulau sengketa itu, dianalisa oleh AMTI melalui citra satelit komersial beresolusi tinggi selama dua tahun.

“China memiliki tiga pangkalan udara di Spratly dan lainnya di Pulau Woody dan Kepulauan Paracel, yang akan memungkinkan  pesawat tempur militer China beroperasi ke hampir seluruh Laut China Selatan,” kata AMTI. “Hal serupa juga berlaku pada jangkauan radar China.”

Lembaga think tank AMTI juga mengatakan, China telah memasang rudal HQ-9, sebuah rudal permukaan-ke-udara pada salah satu pulau dan rudal anti-kapal laut.

Selain itu, China juga juga telah dibangun hanggar untuk 72 pesawat tempur dan beberapa peluncur bom yang lebih besar.

Direktur AMTI, Greg Poling, mengatakan gambar menunjukkan antena radar baru di Fiery Cross dan Subi. “Bersiaplah menyaksikan penempatannya dalam waktu dekat ini,” kata Poling.

Namun, China menyangkal jika mereka disebut sedang melakukan militerisasi di Laut China Selatan, wilayah perairan yang diduga memiliki cadangan minyak dan gas yang sangat besar.

Perairan sengketa dengan Taiwan, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Filipina itu juga merupakan rute pelayaran komersial di dunia.

Reklamasi pulau-pulau oleh China juga membawa dampak buruk pada beberapa area terumbu karang yang paling kaya dan beragam di dunia tersebut.

Beijing menegaskan kedaulatan atas wilayah maritim yang mencakup 3,5 juta km persegi. Namun klaim yang juga diajukan negara-negara tetangga tersebut telah memicu gejolak di kasawab.

Pembangunan pangkalan militer China di Laut China Seltan jelas menjadi salah satu tantangan besar bagi kebijakan luar negeri pemerintah Presiden AS Donald Trump.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com