Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pascal S Bin Saju
Editor

Wartawan, mendalami isu-isu internasional dan penyuka Sepak Bola

Teror di Jantung Inggris, Ramalan Itu Jadi Kenyataan

Kompas.com - 24/03/2017, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorErvan Hardoko

Pada Rabu (22/3/2017) pukul 14.55 waktu di London, Dewan Rakyat Inggris Raya menghentikan sidangnya karena mendengar “suara-suara tembakan senjata api di sekitar gedung parlemen”.

Dewan Rakyat (House of Commons) adalah majelis rendah di Parlemen Inggris Raya. Dewan Rakyat terdiri dari 650 ahli yang dipilih secara demokratis.

Sepuluh menit kemudian, tepatnya pukul 15.05 waktu di London atau pukul 22.05 WIB, Parlemen Inggris pun membatalkan agenda sidangnya, seperti dilaporkan Associated Press.

Kita mengetahui bahwa Parlemen Inggris Raya bersifat bikameral, yakni meliputi selain Dewan Rakyat, juga termasuk Dewan Bangsawan (House of Lords) sebagai majelis tinggi.

Sekarang ini, jumlah kursi Dewan Bangsawan di parlemen telah melampaui banyaknya anggota Dewan Rakyat, yakni 731 orang.

Parlemen merupakan lembaga legislatif tertinggi yang memiliki supremasi legislatif dan kekuasaan atas semua badan politik di Inggris. Gedung mereka berada di Westminster.

Di depan gedung itu ada sebuah jembatan terkenal dan bersejarah, yakni Jembatan Westminster di atas Sungai Thames, yang mengubungkan Westminster di sisi utara dan Lambeth di sisi selatan.

Kawasan itu dibayangi sebuah menara jam setinggi 96,3 meter bernama Big Ben – nama kecil sebuah lonceng di dalamnya – atau kini juga disebut Elizabeth Tower, yang berdiri di Istana Westminster.

“Jantung ke jantung”

Big Ben dan dan sekitar kompleks Istana Westminster telah sangat lama menjadi destinasi utama paling populer di London.  Westminster adalah jantung dan simbol demokrasi Inggris.

Justru di jantung Inggris itulah, Rabu (22/3/2017) malam WIB, seorang terduga teroris beraksi sehingga empat orang tewas – termasuk penyerang – dan 40 lainnya terluka.

Kepolisian Metropolitan London menduga serangan di gedung Istana Westminster atau gedung Parlemen Inggris merupakan “serangan yang terkait dengan Islam radikal”.

"Asumsi kami serangan ini adalah terorisme terkait Islam radikal," kata Kepala Satuan Anti-terorisme Kepolisian Metropolitan London, Mark Rowley, kepada Agence France-Presse.

Reuters Seorang perempuan yang terluka setelah insiden penembakan di jembatan Westminster di London, Inggris, Rabu (22/3/2017).
Aksi terorisme menikam jantung kota London, Inggris. Mengapa?

Mari kita memutar lagi ingatan kita tentang terorisme di Paris, Perancis pada November 2015 dan Brussels, Belgia, pada 22 Maret 2016.

Serangan ke jantung Inggris terjadi pada saat warga Brussels, yang dilihat sebagai jantung Uni Eropa, memperingat satu tahun serangan teror ke Bandara Zaventem dan stasiun metro Maelbeek.

Beberapa jam setelah Raja Belgia Philippe dan PM Charles Michel meletakkan karangan bunga untuk mengenang 32 orang tewas dalam serangan teror Brussels, teror baru menikam Inggris.

Pasca-serangan Brussels, pemimpin Inggris termasuk dalam barisan pemimpin dunia yang mengecam serangan dan bersumpah untuk memerangi kelompok-kelompok teror.

Teror ke Brussels diklaim oleh kelompok yang menamakan dirinya Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS). Kelompok teror ini merupakan target utama keterlibatan Inggris dalam koalisi AS di Suriah.

Tak lama setelah serangan Brussels, ISIS juga disebutkan telah menyiapkan setidaknya 400 orang untuk melakukan gelombang serangan bom bunuh diri di Eropa.

ISIS mengambangkan sistem sel teror seperti yang dilakukan di Brussels dan serangan mematikan di Paris, Perancis, November 2015, yang menewaskan 137 orang (termasuk tujuh penyerang).

Menurut para analis, para pelaku aksi kriminal itu hanya tinggal menunggu perintah terkait waktu, tempat, dan metode untuk melakukan serangan dengan korban sebanyak mungkin di Eropa. 

Jangkauan sel tersebut pun diperkirakan bergerak dengan cepat di Eropa, sekalipun ISIS tengah kehilangan kendali di Suriah dan Irak.

“Orang Barat”

Inggris kembali dalam kondisi siaga tinggi setelah serangan di Paris, dan kemudian di Brussels.

Apalagi setelah aparat intelijen di Irak mengungkapkan, berdasarkan informasi dari sumber-sumber di Raqqa, yang menjadi pusat kekhalifahan ISIS di Suriah,  bahwa kelompok teror ISIS sudah merancangkan serangan teror di Eropa sejak lama.

Otoritas keamanan di Inggris bersama negara Barat lainnya secara terbuka telah mengumumkan peningkatan keamanan di berbagai fasilitas publik pasca-serangan di Brussels.

Polisi Inggris meningkatkan patroli dan penjagaan di tempat-tempat umum dan vital di semua wilayah. Peningkatan keamanan dilakukan di simpul-simpul transportasi publik.

Pejabat kontraterorisme paling senior di Inggris, Mark Rowley, mengatakan, langkah pencegahan harus dilakukan.

Sebenarnya juga, tak lama setelah serangan di Brussels, para pemuda Molenbeek, Brussels, menerima pesan singkat di ponsel mereka yang menyerukan agar mereka "menentukan pilihan yang benar" dan "memerangi orang Barat".

Pesan ini menyusul sebuah video yang disebarkan lewat Facebook yang menampilkan para pemuda Molenbeek merayakan serangan Brussels. Video itu telah dihapus Facebook.

"Saudaraku, mengapa kalian tak memerangi orang Barat? Buatlah pilihan yang tepat dalam hidup kalian," demikian isi SMS yang ditulis dalam bahasa Perancis itu.

AFP PHOTO / HANDOUT / RADOSAW SI Gambar diambil dari potongan video yang diperoleh dari akun Twitter politisi dan wartawan Polandia, Radosaw Sikorski, menunjukkan seorang pria terduduk di jalanan yang tengah dibantu di Westminster Bridge, London, Inggris, Rabu (22/3/2017), menyusul terjadinya serangan teroris yang mengakibatkan 4 orang tewas dan puluhan terluka.
ISIS memang sangat ingin menyasar “orang Barat”, baik yang berada di bandar udara, stasiun kereta, kantor-kantor pemerintah, dan obyek vital lainya dalam serangan mereka.

Entah itu berada di luar Eropa dan tentu saja yang terutama yang berada di Eropa, termasuk Inggris.

Negara kerajaan itu adalah salah satu negara Eropa yang sangat dibenci ISIS karena keterlibatannya dalam berbagai perang melawan terorisme, termasuk berkoalisi dalam serangangan udara AS melawan ISIS di Irak maupun di Suriah.

 “Ramalan” Cameron

Penjagaan super ketat dilakukan di seluruh Eropa pasca-serangan Paris dan Brussels. Tidak terkecuali Inggris.

Serangan Brussels sebenarnya menjadi peringatan terakhir, terutama bagi Inggris.

Sebenarnya, seorang pejabat polisi anti-teror Inggris pada awal 2016 telah mengingatkan bahwa akan terjadi serangan besar dan spektakuler ke Inggris oleh kelompok ISIS.

Bahkan jauh sebelum terjadi serangan teror di Paris pada November 2015 dan di Brussels pada Maret 2016, London sebenarnya sudah mengkhawatirkan bahwa suatu saat Inggris akan diserang.

Perdana Menteri Inggris  David Cameron saat itu, menyakini, ISIS, baik di Suriah ataupun Irak sedang merencanakan sebuah serangan besar, dan menjadikan Inggris sebagai salah satu sasaran utama.

Cameron memperingatkan kepada semua negara Barat untuk terus meningkatkan kewaspadaan.

"Ini adalah ancaman eksistensial karena apa yang terjadi di sini adalah penyimpangan dari agama besar dan penciptaan pemujaan terhadap kematian, yang telah meracuni banyak pikiran anak muda," kata Cameron seperti dikutip Reuters, Senin (29/6/2015).

"Ada sekelompok orang di Irak dan Suriah yang sedang merencanakan untuk melakukan tindakan yang mengerikan di Inggris dan di beberapa tempat lainnya di dunia. Dan, selama ISIS ada di negara kita, maka kita berada di bawah ancaman," ujar Cameron lagi.

Pernyataan Cameron tersebut muncul tiga hari setelah tragedi berdarah di pantai Sousse,Tunisia.

Dalam insiden itu, 39 orang meninggal, ketika seorang pria bersenjata simpatisan ISIS, dan kemudian dikonfirmasi ISIS, menembak turis yang tengah bersantai di pantai Sousse, 26 Juni 2015.

AFP PHOTO / HANDOUT / JAMES WEST Gambar diperoleh dari akun Twitter James West, menunjukkan mobil terduga pelaku berhenti di trotoar di depan Istana Westminster di area Gedung Parlemen, London, Inggris, Rabu (22/3/2017), menyusul terjadinya serangan teroris yang mengakibatkan 4 orang tewas dan puluhan terluka.
Kebanyakan dari korban tewas, yakni 30 orang (dari 38 korban tewas), merupakan warga negara Inggris.

Hal itulah yang sejatinya membuat pemerintah Inggris geram dan marah besar atas insiden yang terjadi di Sousse itu.

Namun, kini Inggris kecolongan. Kita dapat menyebutnya demikian, karena sebenarnya pelaku penyerangan kali ini sudah pernah diendus oleh MI5 (Dinas Intelijen Militer, Bagian 5) Inggris. 

Lagi pula, serangan teror justru menerobos hingga ke pusat kota, kawasan Westminster, yang menjadi simbol demokrasi Inggris, sekaligus jantung kota London dan jantung Inggris.

Kini, Inggris meski juga menyadari bahwa ada ratusan warganya telah pergi ke Suriah, dan mungkin juga ke Irak, sejak tahun 2014 untuk berperang bersama ISIS.

Setelah kini posisi ISIS di Suriah semakin melemah, juga sudah banyak warga Inggris tersebut yang kembali ke Inggris. Mungkinkah pria tadi bagian dari mereka, ataukah tidak?

Meskipun ISIS telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan di London, namun masih sulit diverfikasi.  Apakah klaim itu benar, atau tidak jelas masih harus dibuktikan.

Mungkin juga pelaku, Khalid Masood (52), pria kelahiran Kent, Inggris, memang ada kaitannya dengan kelompok itu, tetapi bisa jadi juga dilakukan hanya sebagai simpatisan ISIS semata atau juga mungkin pemain tunggal (lone wolf). 

Apalagi pelaku kunci, Masood, dalam serangan di Westminster itu telah tewas ditembak polisi, sehingga akan menyulitkan aparat untuk cepat membuktikan keterkaitannya dengan ISIS. 

Pengkapan terhadap tujuh orang di London dan Birmingham terkait serangan teror di gedung Parlemen Inggris itu diharapkan bisa membuka jalan, apakah klaim ISIS itu benar atau tidak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com