Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Geser Singapura, Hongkong Jadi Kota Termahal di Dunia

Kompas.com - 21/03/2017, 14:31 WIB

HONGKONG, KOMPAS.com - Hongkong kembali menduduki peringat teratas sebagai kota termahal di dunia menurut survei badan konsultan Economist Intelligence Unit, London.

Tahun lalu, Hongkong berada di bawah Singapura dan di atas Zurich, Swiss untuk urusan menjadi kota yang serba mahal ini.

Predikat kota termahal di dunia ini memunculkan keprihatinan terkait daya saing bisnis dan memicu saran untuk menyingkirkan "beberapa beban" di bidang bisnis.

Jon Copestake, editor di Economist Intelligence Unit, mengatakan, pemerintah Hongkong seharusnya merasa prihatin dengan temuan ini.

Copestake memperingatkan, kuatnya nilai tukar dolar Hongkong membuat harga barang dan jasa terus merambat naik. Kondisi ini akan memberi dampak negatif bagi sektor pariwisata dan industri ritel, dua pilar ekonomi bekas jajahan Inggris itu.

Dengan nilai tukar mata uang lokal yang dipatok terhadap dolar AS, membuat Hongkong selalu berada di puncak kota termahal dunia.

Survei ini membandingkan harga 150 jenis barang, termasuk roti, anggur, rokok, dan satu liter bensin, di 133 kota di dunia dengan New York sebagai patokan.

Hasilnya, survei ini menemukan harga barang-barang tersebut di Hongkong lebih mahal lima persen dibandingkan barang yang sama di New York.

Harga BBM di Hongkong juga menjadi yang termahal di dunia yaitu 1,73 dolar AS atau sekitar Rp 23.000 per liter, tiga kali lebih mahal dibanding harga BBM di New York.

Sedangkan, 1 kilogram roti di Hongkong dihargai 4,41 dolar atau Rp 61.000 jauh di atas harga roti di Kopenhagen yaitu 3,55 dolar atau Rp 47.000 per kilogram.

Survei itu juga menunjukkan bahwa harga barang dan jasa yang mahal dan  tingginya harga properti memberi kontribusi terhadap menurunnya jumlah wisatawan.

"Renminbi (yuan) sudah mengalami devaluasi sebanyak dua atau tiga kali. Itulah yang membuat kota-kota di China relatif lebih murah," kata Copestake.

Dia menambahkan, pemerintah Hongkong harus mempertimbangkan kebijakan baru misalnya mengurangi aspek-aspek yang membebani dunia usaha di kota itu.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber SCMP

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com