Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Mereka Bergeming, Meski Anak-anak Berteriak di Tengah Kobaran Api"

Kompas.com - 11/03/2017, 10:54 WIB

GUATEMALA CITY, KOMPAS.com -Sebuah peti mati berisi jasad Siona Hernandez Garcia, dimasukkan perlahan ke dalam liang lahad di sebuah komplek pemakaman di Guatemala City, Jumat (11/3/2017).

Prosesi itu diiringi lantunan hymne yang dimainkan oleh sejumlah pemusik jalanan, hingga liang kubur tertutup rapat. 

Gadis berusia 16 tahun itu adalah salah satu dari 36 korban tewas dalam kebakaran yang terjadi di asrama putri di San Jose Pinula, 10 kilometer timur dari Guatemala City.

Maria Garcia, ibunda Siona pun berseru dan menuntut keadilan.

"Guatemala penuh dengan kekerasan, banyak kasus pembunuhan dan pemerkosaan terhadap gadis-gadis miskin," ungkap Garcia seperti dikutip dari Associated Press.

Maria Garcia tidak sendiri. Kerumunan  orangtua serta kerabat para korban mamadati halaman kantor otoritas pengelola tempat penampungan remaja milik pemerintah, di Guatemala City.

Mereka menuntut kejelasan, tentang apa yang sebenarnya terjadi, hingga muncul kebakaran yang menelan banyak korban jiwa.

Jumlah korban dalam kejadian ini pun telah bertambah.

Mereka yang tewas adalah korban yang mengalami luka bakar parah setelah aksi pembakaran kasur di asrama itu, pada Rabu lalu.

Baca: 19 Anak Gadis di Sebuah Asrama di Guatemala Tewas Terbakar

Pertanyaan pun muncul, mengapa sampai ada remaja perempuan di penampungan itu yang membakar kasur?

Lalu, bagaimana mungkin seluruh pintu di asrama itu tetap terkunci, ketika gadis-gadis remaja itu berseru memohon keselamatan?

Banyak di antara penghuni asrama tersebut yang dikirimkan ke penampungan itu karena kasus-kasus kenakalan.

Namun, ada pula mereka yang menjadi penghuni karena persoalan kemiskinan dan konflik keluarga.

Sebagian lainnya adalah mereka yang berdasarkan perintah hakim harus mendekam di tempat tersebut.

Baca: 20 Anak-anak Asrama Tewas, Guatemala Tetapkan Tiga Hari Berkabung

Protes dan perlawanan

Di pintu masuk RS Roosevelt, Claudia Tecun masih tak mampu membendung air matanya.

Perempuan ini tak henti-hentinya menangis saat menyaksikan tubuh putrinya, Noemi Tecun Munoz terbaring di ruang perawatan.

Gadis berumur 17 tahun itu mengalami luka bakar hingga 70 persen.

"Para dokter mengatakan, tak ada harapan besar dia akan tetap hidup," kata Claudia sambil terisak.

"Saya mendengar di berita, anak saya menjadi salah satu pelaku yang melakukan pembakaran di tempat itu. Itu tidak benar," kata dia.

"Anak perempuan saya tak mungkin mencoba menghabisi nyawanya sendiri," tegas Claudia.

Memang beredar kabar, termasuk dari kerabat korban lainnya, bahwa sejumlah gadis penghuni asrama itu melakukan pembakaran kasur.

Mereka melakukan itu sebagai bentuk perlawanan atas penangkapan setelah mereka yang sempat melarikan diri malam sebelumnya.

Remaja-remaja itu kabur dari tempat penampungan karena tak sanggup menghadapi penganiayaan, makanan yang buruk, dan ketakutan akan pemerkosaan.

Seperti yang diberitakan, awalnya ada 19 gadis yang dinyatakan tewas di lokasi kejadian.

Jumlah itu pun kian hari semakin bertambah. Kini ada 17 nyawa lain yang melayang menyusul luka bakar parah yang mereka alami.

Baca: Kebakaran Asrama Putri yang Dipicu Kericuhan Sudah Renggut 29 Nyawa

Salah satu kesaksian diungkapkan oleh Geovany Castillo.

Castillo mengaku anak perempuannya yang berumur 15 tahun, Kimberly menderita luka bakar di wajah, kedua lengan dan tangan. Beruntung, nyawanya masih bisa diselamatkan.

Saat kebakaran terjadi, dia terkunci di areal di mana para gadis yang mencoba kabur ditempatkan.

"Anak saya mengatakan, daerah itu dikunci rapat, dan sejumlah gadis mencoba membobol pintu. Dia bisa selamat karena menyelimuti tubuhnya dengan lembaran basah," kata Castillo.

"Anak saya bilang, gadis-gadis yang sempat kabur itu menjadi korban perkosaan. Sebagai bentuk perlawanan, mereka pun kabur dari penampungan, demi mendapat perhatian."

Castillo mengatakan, anaknya telah memberikan kesaksian di hadapan polisi bahwa gadis-gadis yang memicu kebakaran adalah mereka yang tewas.

Bawa ke AS

Carlos Soto, Direktur RS San Juan de Dios, mengatakan, tim dokter yang menangani para korban merekomendasikan agar delapan di antara korban yang kini dirawat untuk dibawa ke Galveston, Texas.

Di Galveston, ada perawatan khusus untuk luka bakar. Soto pun mengatakan, pemerintah akan memperoleh visa kemanusiaan dari Pemerintah AS.

Sehingga kini, otoritas hanya membutuhkan persetujuan dari pihak keluarga korban.

Belum ditemukan

Meskipun sebagian besar keluarga korban sudah mulai memakamkan anak-anak mereka, namun masih ada sebagian lain yang disibukkan dengan proses identifikasi.

Vianney Clareth Hernandez misalnya. Dia menunggu di luar kamar jenazah sambil memegang foto anaknya, Ashley.

Gadis 14 tahun itu adalah salah satu penghuni di tempat penampungan, namun sang ibu tak menemukan keberadaannya. Dia telah melacak ke sejumlah RS setempat.

"Ini merupakan perbuatan kriminal. Mereka tak membuka pintu asrama, mereka tak melakukan apa-apa untuk menyelamatkan anak-anak ini," kata dia.

"Mereka tetap bergeming, meski anak-anak itu berteriak-teriak," sambung Vianney.

Ketika banyak orang memercayai kabar yang beredar ini, otoritas terkait hanya mengatakan masih melakukan investigasi.

Namun, kronologi persis dari tragedi ini belum terungkap.

Sebagian kecil korban selamat kini dirawat dengan pengawalan ketat pihak kepolisian. Hal itu dilakukan sebagai bagian dari upaya perlindungan saksi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com