Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Palestina dan Israel, Berseteru dalam Politik Berkawan dalam Bisnis

Kompas.com - 10/03/2017, 17:29 WIB

GAZA CITY, KOMPAS.com - Meski beberapa kali perang melawan Israel pernah beberapa kali mengguncang Jalur Gaza, ternyata hal tersebut tak menghalangi hubungan bisnis kedua wilayah berseteru itu.

Siapa sangka, di kamp pengungsi Shati di Jalur Gaza berdiri pusat produksi kipah atau peci Yahudi milik Mohammed Abu Shanab.

Produksi pabrik milik Abu Shanab ini setiap hari melintasi perbatasan untuk dijual di wilayah Israel.

"Orang-orang Israel menyukai produk kami karena kualitas dan kedekatan kami dengan pasar mereka," kata Abu Shanab.

"Mereka bahkan khawatir pintu perbatasan ditutup sehingga mengakibatkan pengiriman barang terhambat," ujar dia.

Pemerintah Israel memang mengendalikan sepenuhnya pintu perbatasan untuk keluar dan masuk ke Jalur Gaza. Satu pintu perbatasan lainnya menuju ke Mesir.

Satu terminal di pintu perbatasan Kerem Shalom khusus ditujukan untuk lalu lintas barang dari dan ke Jalur Gaza.

Di tempat itulah, kipah produksi pabrik milik Abu Shanab "mampir" sebelum dikirim ke berbagai tempat di Israel.

Dengan sekitar 12 buah mesin jahit, pabrik kecil milik Abu Shanab yang terletak tak jauh dari kediaman Ismail Haniya, mantan pemimpin Hamas, memproduksi berbagai jenis tekstil.

Selain kipah alias peci Yahudi, pabrik ini juga memproduksi kaos dan celana panjang. Sayangnya level produksi pabrik itu tak sesuai dengan harapan Abu Shanab.

Pada 2006, saat Israel menerapkan blokade terhadap Jalur Gaza, Abu Shanab mengenang dia terpaksa menutup usaha tekstilnya itu.

Tiga perang hingga 2008 mengakibatkan 50 perusahaan di Jalur Gaza terpaksa tutup sebagian atau seluruh operasi produksi mereka.

"Pabrik saya baru kembali beroperasi tahun lalu," ujar Abu Shanab.

Saat ini sektor industri tekstil Jalur Gaza kembali menggeliat meski masih jauh lebih kecil jika dibanding pada awal 1990-an.

Saat itu, industri tekstil di Jalur Gaza didukung 900 buah perusahaan yang mempekerjakan 35.000 orang karyawan.

Sejak blokade diterapkan, jumlah warga Gaza yang bekerja di sektor industri tekstil anjlok hingga 4.000 orang di 150 perusahaan.

Abu Shanab, yang juga adalah anggota persatuan industri tekstil Palestina, mengatakan, di masa jaya itu sebanyak 4 juta produk tekstil dikirim ke Israel tiap bulan.

Halaman:
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com