Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pensiunan Polisi Tuding Duterte Dalangi 200 Pembunuhan di Davao City

Kompas.com - 06/03/2017, 18:20 WIB

MANILA, KOMPAS.com - Seorang pensiunan, Senin (6/3/2017), menyebut Presiden Rodrigo Duterte, saat masih menjadi wali kota Davao, bersama anak buahnya melakukan sekitar 200 pembunuhan.

Mereka yang dibunuh ini termasuk para tersangka pengedar narkoba luar negeri. Para pelaku pembunuhan inilah yang kerap disebut "pasukan kematian".

Arturo Lascanas, nama pensiunan itu, mengungkapkan hal ini di awal proses investigasi senat yang disiarkan televisi, di mana para senator pro-pemerintah mencecar Arturo terkait pernyataannya tahun lalu.

Saat itu, juga dalam kesaksiannya di Senat, Lascanas membantah bahwa Duterte, sebagai wali kota Davao, telah memerintahkan pembunuhan para tersangka pengedar narkoba.

Juru bicara Duterte, Ernesto Abella, menyebut Arturo Lascanas sebagai saksi palsu dan menyebut kesaksiannya dibuat-buat serta tak bisa diterima.

Tuduhan dari Lascanas ini muncul di saat pemerintahan Duterte sedang berada di bawah tekanan terkait operasi pemberantasan narkoba yang mengakibatkan ribuan orang tewas sejak Juni tahun lalu.

Para senator kemudian membuka investigasi dugaan adanya pembunuhan di luar hukum dalam kasus ini setelah mantan anak buah Duterte, Edgar Matobato, memberi kesaksian.

Matobato bersaksi bahwa Lascanas terlibat dalam ratusan pembunuhan itu, tetapi Lascanas membantah dan menyebut tak pernah ada kelompok bernama "Davao Death Squad".

Kini, Lascanas mengatakan, dia telah berdusta terkait keterlibatannya dalam pembunuhan itu karena dia mengkhawatirkan keselamatan keluarganya.

Kali pertama dia mengungkapkan tudingan terhadap Duterte adalah dalam sebuah konferensi pers dua pekan lalu.

Pernyataan itu kini diulanginya di bawah sumpah dalam sebuah sidang di Senat.

Pada Senin (6/3/2017), Lascanas mengatakan, hati nuraninya terus mengganggu dan dia mengaku mengalami pencerahan spiritual yang membuatnya memutuskan pengakuan publik.

Dia menambahkan, dua saudara laki-lakinya tewas karena terlibat dalam perdagangan obat-obatan terlarang.

Lascanas menambahkan, dia mendapatkan banyak uang dan tunjangan bulanan dari Duterte. Semua itu dia terima langsung atau lewat petugas polisi lainnya.

Uang tersebut diberikan karena dia menjalankan operasi pembunuhan di Davao City dan juga untuk kesetiaannya kepada wali kota.

Dalam kesaksiaannya itu, Lascanas mengatakan, dia secara pribadi mengetahui keterlibatan langsung Duterte dalam berbagai pembunuhan itu.

Dia melanjutkan, kelompoknya menggelar serangan yang dipimpin para perwira polisi yang mengatakan mendapat perintah langsung dari Duterte.

Salah satu target adalah penyiar radio Jun Pala, yang membuat marah Duterte dengan komentar-komentar kritisnya.

Lascana mengakui, dia berada dalam kelompok pembunuh yang menewaskan Jun Pala pada 2003.

Selain itu, korban kelompok Lascanas termasuk 11 tersangka pengedar narkoba asal China.

Ke-11 orang ini, lanjut Lascanas, mencoba menyuap agar mereka tak dijerat hukum. Namun, berdasar perintah Duterte, kelompok Lascanas menembak mati kesebelas orang itu.

Warga asing lain yang mereka bunuh, tambah Lascanas, adalah seorang terduga teroris asal Pakistan di sebuah pulau dekat Davao City.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com