Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korea Utara Bantah Tudingan soal Racun VX di Geneva

Kompas.com - 01/03/2017, 15:57 WIB

Bahan ini merupakan zat yang paling mematikan di antara semua zat kimia beracun yang digunakan sebagai senjata kimia.

Zat ini 100 kali lebih mematikan ketimbang zat sarin yang pernah digunakan dalam serangan di Tokyo pada 1995, yang membunuh 12 orang, melukai 50 orang, dan berdampak terhadap ribuan orang.

Satu tetes VX pada kulit bisa berakibat fatal. Zat ini bisa membunuh manusia dalam hitungan menit.

Cara kerjanya adalah merembes masuk tubuh lewat kulit dan mengacaukan sistem saraf.

Bisa disebarkan dengan semprotan atau uap, atau dengan mencampurkannya ke dalam air, makanan, atau produk pertanian.

VX bisa diserap tubuh dengan mengisap, menelan, sentuhan kulit, atau sentuhan pada mata.

Pakaian atau kain bisa mengantar VX selama sekitar 30 menit sesudah terkena uapnya, dan bisa menjalar pada orang lain.

Terkena zat VX dalam dosis kecil atau sedang dengan mengisap, menelan, atau menyerap lewat kulit bisa menyebabkan banyak gejala.

Gejala itu antara lain hidung meler, mata perih, pandangan buram, air liur tak terkendali, keringat berlebihan, dada sesak, napas megap-megap, sering buang air kecil, gelisah, mengantuk, lesu, mual, atau muntah-muntah.

Nama kimianya yang resmi adalah S-2 Diisoprophylaminoethyl methylphosphonothiolate dan dilarang PBB melalui Konvensi tentang Senjata Kimia tahun 1993.

Saddam Hussein pernah pula dituduh menggunakan VX dalam melakukan pembunuhan massal terhadap warga sipil Kurdi dalam serangan di Halabja tahun 1988.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com