Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Duterte Mulai Bungkam Oposan, Terbitkan Surat Penangkapan Leila de Lima

Kompas.com - 23/02/2017, 23:25 WIB

MANILA, KOMPAS.com – Presiden Filipina Rodrigo Duterte mulai melakukan upaya untuk membungkam para oposannya yang vokal mengeritisi kebijakan kontroversialnya.

Target pertama menyasar Senator Leila de Lima (57), tokoh terdepan yang mengecam cara-cara Duterte yang tidak manusiawi dalam menindak pengedar dan pengguna narkoba.

Perintah tembak di tempat dan eksekusi tanpa proses pengadilan oleh Duterte terhadap anggota geng narkoba, menurut De Lima dan para aktivis, sangat bertentangan dengan hukum dan HAM.

Sebuah surat perintah penangkapan terhadap oposan tingkat tinggi atas Duterte itu diterbitkan pada Kamis (23/2/2017). De Lima mengecam dan melawan polisi dan meminta perlindungan di Senat.

Perintah penangkapan terhadap Senator Leila de Lima itu membuat marah para pendukung atau simpatisannya serta para pegiat kemanusiaan di Filipina.

Mereka menuding Duterte telah menggunakan isu perdagangan narkoba atau obat bius untuk membungkam para pengeritik dan surat perintah penangkapan itu mengintimidasi oposan lainnya.

"Saya tidak berniat melarikan diri dan saya tidak punya rencana untuk bersembunyi. Saya akan menghadapi semua tuduhan tersebut," kata De Lima kepada wartawan di gedung Senat, Kamis sore.

Rata-rata 44 orang dibunuh setiap hari di Filipina dalam perang melawan narkoba. Data itu disiarkan aparat kepolisian di Manila, pada September 2016.

Menurut polisi Filipina, jumlah korban tewas telah melonjak menjadi 2.555 terduga pengedar narkoba yang telah ditembak mati oleh polisi sejak  Duterte dilantik pada 30 Juni 2016.

Namun, operasi pemberantasan narkoba itu telah merenggut lebih banyak nyawa lagi akibat ditembak mati atau dieksekusi tanpa proses hukum.

Menurut AFP, setidaknya 4.000 orang dibunuh tanpa melalui proses hukum dan dilakukan tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

De Lima merupakan satu dari sedikit politisi yang mengeritik cara tidak manusiawi yang dilakukan oleh aparat dalam masa pemerintahan Duterte yang belum genap setahun itu.

Kritik dan kecaman terhadap cara Duterte memberantas peredaran narkoba di Filipina tidak saja datang dari tokoh dalam negeri, seperti Leila de Lima. 

Amerika Serikat dan beberapa negara Barat juga mengecam aksi main hakim sendiri di luar proses hukum yang dilakukan aparat dan warga selama Duterte menjadi Presiden Filipina.

Tidak terkecuali, kecaman juga datang dari Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Sedunia, Paus Fransiskus, dan Presiden AS yang ke-44, Barack Obama, tahun lalu.

Namun, Duterte balik menyerang mereka dengan kata-kata kasar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com