Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melongok Suasana Pusat Perbelanjaan Pertama di Jalur Gaza

Kompas.com - 23/02/2017, 13:40 WIB

GAZA CITY, KOMPAS.com - Sebuah tanda kehidupan normal muncul di Jalur Gaza ketika sebuah pusat perbelanjaan dibuka di wilayah Palestina ini.

Pusat perbelanjaan ini dilengkapi dengan berbagai toko bermerek internasional, toko buku, dan pusat jajan yang ramai.

Para pemilik pusat perbelanjaan ini sukses mengatasi konflik serta blokade Israel-Mesir untuk membangun Capital Mall seluas 1.800 meter persegi.

Meski terlihat normal, suasana di dalam mal ini menunjukkan betapa rapuhnya perekonomian Jalur Gaza.

Tempat itu dipenuhi barang-barang kebutuhan sehari-hari yang sebagian besar adalah produksi Israel yang hanya bisa dibeli sedikit orang.

Akibat diblokade, Gaza hanya bisa memproduksi sangat sedikit komoditas. Selain itu kemiskinan dan tingkat pengangguran terus meningkat.

Pusat perbelanjaan itu, seperti banyak tempat lain di Gaza yang kekurangan energi listrik, mengandalkan generator untuk tetap mendapatkan listrik.

Dalam waktu singkat, kehadiran pusat perbelanjaan itu sangat menggoda. Ribuan warga Gaza datang berkunjung membeli sepatu dari toko ritel Turki "De Facto".

Mereka juga mencari hadiah dan kebutuhan sekolah di toko buku lalu menuju ke lantai empat untuk menyantap burger, pizza, dan es krim.

Di sisi lain, sering terdengar suara cekikikian orang-orang yang baru pertama kali mencoba eskalator alias tangga berjalan.

"Mal ini menambah keindahan di Jalur Gaza. Daripada datang ke banyak tempat kini kami datang ke satu lokasi dan bisa memilih kebutuhan kami,"kata Hedaya Iqtifan, seorang warga yang sudah tiga kali datang ke mal itu.

Di dalam mal itu terdapat toko yang menjual minyak wangi, riasan wajah, dekorasi rumah, hingga telepon genggam.

Terdapat juga klinik dan ruang kantor, dua lapangan parkir serta fasilitas lainnya. Lokasi paling ramai adalah pusat jajan yang semua makanan dan minuman dihargai 5 dolar AS atau sekitar Rp 65.000.

"Kami membangun tempat ini sesuai dengan standar internasionaluntuk menunjukkan bahwa Gaza juga memiliki mal seperti di tempat lain," ujar Mahmoud Haniya, direktur eksekutif Capital Mall.

Haniya mencatat bahwa sejumlah merek internasional tak mau membuka waralabanya karena Gaza dinggap negeri miskin tanpa perekonoian.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com