Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/02/2017, 11:39 WIB

Konservatisme

Salah satu hal yang mengemuka dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia adalah semakin meningkatnya Islam konservatif yang dinilai tidak toleran, yang dianggap merupakan pengaruh kelompok garis keras Wahabi di Indonesia.

"Banyak sekali ormas-ormas Islam di Indonesia yang memang terlanjur mempunyai political engagement dengan Arab Saudi melalui yayasan pendidikannya, lembaga pendidikannya, dan sebagainya, yang saya kira memang itu menjadi kelemahan masyarakat kita, Muslim, untuk bisa mengkritisi sejumlah agenda politik Saudi," ujar Munhanif.

Mulai dari dekade 1970-an saat booming minyak bumi sampai 2002, Saudi diperkirakan mengeluarkan sekitar 7 miliar dolar AS atau Rp 93 triliun untuk negara-negara Islam miskin.

Dana ini juga dipakai untuk dakwah Wahabi lewat lembaga keagamaan, masjid dan ormas, termasuk di Indonesia.

Salah satu pengaruhnya dipandang sebagian pihak terdapat di antara kelompok puritan di Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan ormas seperti Front Pembela Islam (FPI).

Namun, Smith Alhadar dari ISMES mengatakan kemungkinan besar Raja Salman tidak akan bertemu dengan pimpinan FPI Rizieq Shihab meskipun terdapat kedekatan emosional.

"Saya percaya Raja Salman tidak akan bertemu dengan Rizieq Shihab. Tapi tentu saja Raja Saudi berkepentingan dengan Rizieq Shihab dan merasa kedekatan emosional," kata dia.

"Selain Rizieq Shihab adalah alumni Univeristas Ibnu Saud di Arab Saudi, dia juga sangat anti- Syiah di Indonesia dan sekarang sedang naik daun di Indonesia, sehingga secara politik memegang atau berkoalisi atau beraliansi dengan Rizieq Shihab akan sangat membantu politik Arab Saudi di Indonesia," kata Alhadar.

Perdagangan tidak seimbang

Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di Timur Tengah, khususnya Arab Saudi merupakan sumber devisa penting bagi Indonesia, dengan perkiraaan menghasilkan devisa hingga 8 miliar dolar AS atau sekitar Rp100 triliun pada 2014.

Namun, karena terjadinya sejumlah masalah seperti pembunuhan dan perkosaan, Indonesia menerapkan moratorium atau penghentian sementara pengiriman TKI baru ke Arab Saudi.

Smith Alhadar pesimistis hal ini bisa terselesaikan lewat lawatan Raja Salman karena masalahnya juga bersumber dari perbedaan kebudayaan kedua bangsa.

"Keluarga-keluarga Saudi itu begitu tertutup. Pembantu rumah tangga kalau masuk ke rumah tangga Saudi akan jadi begitu terisolir, begitu sulit berhubungan dengan kedutaan besar," ujar dia.

"Hak-hak mereka sebagai tenaga kerja kurang diperhatikan dan mereka kadang-kadang bekerja terlalu panjang waktunya, sehingga timbul frustrasi, stres. Lalu ada gangguan-gangguan sendiri berasal dari berbedanya kebudayaan," tambah Alhadar.

Sementara Ali Munhanif mengharapkan kunjungan Raaja Salman akan lebih menyeimbangkan neraca perdagangan yang saat ini lebih menguntungkan Arab Saudi.

"Kalau melihat reformasi manajemen berbagai perusahaan migas nasional disini, sebenarnya Indonesia bisa dengan sangat mudah mengajukan penyulingan minyak Saudi, gas dan seterusnya," kata Munhanif.

"Hal ini, saya kira akan semakin mempererat ketergantungan Indonesia kepada Arab Saudi. Kalau tidak dilakukan maka masyarakat Indonesia akan terus kritis terhadap Saudi, terkait dengan kepentingan keamanan nasionalnya," lanjut dia.

Hubungan ekonomi kedua negara mencapai sekitar 2 miliar dolar AS atau Rp 26 triliun per tahun namun pada 2016 terjadi penurunan sekitar 36 persen karena anjloknya harga minyak dunia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com