Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/02/2017, 11:39 WIB

KOMPAS.com - Rencana kunjungan Raja Salman bin Abdul Aziz pada tanggal 1-9 Maret ke Indonesia memunculkan kembali pentingnya hubungan kedua negara, baik secara politik, pendidikan, budaya, ekonomi dan keagamaan.

Raja Salman dijadwalkan bertemu Presiden Joko Widodo dan berbagai pihak lain selama lawatanya di Indonesia.

Pemimpin Saudi ini akan datang dengan delegasi sampai 1.500 orang, termasuk 10 menteri dan sejumlah pangeran.

Salah satu agenda kunjungan ini diperkirakan pembicaraan tentang rencana investasi senilai 15 miliar dolar AS atau sekitar Rp 200 triliun.

Namun, seperti apa sebenarnya hubungan kedua negara ini?

Apa saja hal-hal yang menjadi latar belakang dan harapan dari lawatan pemimpin Saudi ke Indonesia, yang terakhir kali dilakukan 45 tahun lalu?

Terorisme dan Syiah

Salah satu kerja sama Indonesia-Arab Saudi dalam bidang politik adalah dalam mengatasi terorisme dunia.

Namun yang mengemuka adalah peristiwa baru-baru ini, ketika Indonesia menolak untuk menjadi bagian dari aliansi militer Islam pada Desember 2015 dalam operasi militer di Yaman.

Operasi militer ini banyak dipandang sebagai usaha terselubung Riyadh untuk menghadapi Irak, Suriah, dan Yaman.

"Indonesia punya prinsip non-blok dan tidak mau tentaranya ditarik-tarik ke berbagai negara untuk berperang," kata Smith Alhadar, penasihat Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES).

"Karena memang Aliansi Militer Islam ini diprakarsai Saudi untuk memerangi apa yang disebut Negara Islam di Irak dan Suriah atau ISIS, lalu di Afghanistan, di Irak, di Suriah, Mesir, Libia dan barangkali juga Yaman," tambah Alhadar.

"Nah ini ditakutkan bahwa organisasi ini hanya untuk melayani kepentingan Saudi sebenarnya, jadi bukan semata-mata terorisme," dia menegaskan.

Sementara itu, Ali Munhanif dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta memandang kedua negara sebenarnya saling bergantung dalam memerangi terorisme.

"Indonesia, dan juga Arab Saudi saling bergantung dari segi politik untuk menjaga stabilitas, keamanan dan sebagainya," paparnya.

"Ada beberapa inisiatif namun Indonesia memang sangat reluctant untuk bergabung dalam berbagai usaha memerangi terorisme jika terkait dengan semata-mata masalah keamanan Saudi," kata dosen politik Timur Tengah di Jakarta ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com