Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UNHCR Ingin Negosiasikan Rohingya dengan AS, Kanada, dan Eropa

Kompas.com - 17/02/2017, 06:30 WIB

COX’S BAZAR, KOMPAS.com – Komisioner Tinggi Urusan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) meminta Banglades mengizinkan pihaknya berunding dengan Amerika Serikat, Kanada, dan beberapa negara Eropa untuk menampung 1.000 pengungsi Rohingya.

UNHCR, Kamis (6/2/2017), mengatakan, puluhan ribu warga Rohingya sudah tinggal di Banglades setelah mengungsikan diri dari Myanmar sejak awal 1990-an. Jumlahnya telah membengkak menjadi sekitar 69.000 orang.

Menurut Reuters, para pengungsi itu pergi dari Myanmar untuk menyelamatkan diri dari operasi tentara di negara agian Rakhine dalam beberapa bulan terakhir ini.

Perwakiltan UNHCR Banglades, Shinji Kubo, UNHCR akan berupaya agar para pengungsi mendapat tempat penampungan kendati ada tentangan yang semakin meningkat dari sejumlah negara maju, terutama AS di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.

"UNHCR akan terus bekerja sama dengan pihak-pihak berwenang terkait, termasuk yang di dalam AS," kata Kubo kepada Reuters.

Kubo menambahkan, "Walaupun ada perubahan dalam pemerintahan atau kebijakan pemerintah, menurut saya UNHCR punya kewajiban untuk mengupayakan program penampungan yang berorientasi pada perlindungan."

"Penampungan akan selalu menghadapi tantangan karena hanya sedikit kesempatan yang diberikan masyarakat internasional pada saat ini," ujar Kubo.

"Tapi tugas kami adalah berupaya membicarakannya dengan negara-negara masing-masing berdasarkan kebutuhan perlindungan dan kemanusiaan mereka (para pengungsi)." 

HT Imam, penasihat politik Perdana Menteri Banglades, Sheikh Hasina, mengatakan proposal soal penampungan itu "tidak realistis" karena AS dan Eropa enggan menerima lebih banyak pengungsi Rohingya.

Beberapa pejabat pusat imigrasi Australia di Papua Niugini sedang meningkatkan tekanan terhadap para pencari suaka untuk secara suka rela kembali ke negara masing-masing.

Tekanan itu antara lain berupa tawaran uang dalam jumlah besar.

Kanada, Australia, dan AS adalah negara-negara utama pemberi suaka bagi warga Rohingnya yang datang ke Banglades dari Myanmar sebelum Dhaka menghentikan program itu pada sekitar tahun 2012.

Pejabat pemerintah Banglades mengatakan program itu dikhawatirkan akan mendorong lebih banyak orang dari Myanmar memanfaatkan Banglades sebagai negara transit untuk mencari suaka ke negara-negara Barat.

Kanada telah menyatakan akan menerima orang-orang yang mengungsikan diri karena teror, perang dan takut dianiaya.

Kesediaan itu dinyatakan Kanada setelah Trump memerintahkan agar, selama empat bulan, pengungsi dari tujuh negara berpenduduk mayoritas Muslim ditolak masuk ke AS.

Namun, seorang hakim distrik di AS kemudian mementahkan perintah Trump itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com