Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jutaan Imigran Ilegal di AS Terancam Deportasi Massal

Kompas.com - 16/02/2017, 13:21 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Salah satu janji Presiden AS Donald Trump semasa kampanye tahun lalu adalah menindak imigran ilegal.

Akhir pekan lalu ketika Badan Penegakan Imigrasi dan Bea Cukai Amerika (ICE) menangkap 680 orang di lima kota besar, komunitas imigran menjadi waspada.

Bagi jutaan orang yang hidup dalam bayang-bayang, banyak dari mereka mempunyai anak yang lahir di AS, ketakutan akan pemerintah Trump kini semakin terasa.

Cindy, sala satu imigran yang lahir di Guatemala, dan tiga anaknya tinggal dalam satu kamar tidur di apartemen bersama orang lain. Ia dibawa ke AS ketika berusia lima tahun.

Cindy belum juga mempunyai dokumen yang sah walaupun telah bekerja sejak usia 17 tahun.

Takut dideportasi, Cindy ingin tinggal di AS supaya bisa hidup lebih baik bagi diri dan anak-anaknya yang lahir di AS.

"Meskipun tidak mempunyai dokumen, saya merasa berasal dari sini. Saya bangga lahir di Guatemala, tetapi saya tidak dibesarkan di sana. Saya tidak tahu budaya di sana. Saya tidak tahu seperti apa rasanya tinggal di sana," ungkapnya.

Diperkirakan 11 juta orang berada dalam situasi seperti Cindy, tinggal di Amerika – lebih dari separuh berasal dari Meksiko dan negara-negara Amerika Latin lainnya.

Presiden Donald Trump menandatangani keputusan Januari lalu yang memperketat penegakan imigrasi.

Baru-baru ini, Trump mendesak kepala polisi agar menangkap imigran yang terlibat kegiatan kriminal supaya mereka bisa dideportasi.

"Kalian tahu orang-orang yang ilegal, kalian mengenal mereka. Kalian mempunyai wewenang. Kalian tahu mana yang jahat dan mana yang baik. Saya ingin kalian menangkap yang jahat," ujar Trump.

Bagi mereka yang tinggal dengan status ilegal, seperti beberapa dari mereka yang menunggu makanan di yayasan Amal Katolik di Washington DC, ada ketakutan yang meluas.

Mereka cemas apa yang selanjutnya akan dilakukan pemerintah Trump. Staf yayasan tersebut, Rodrigo Aguirre mencermati adanya perubahan.

"Kami melihat orang semakin takut meminta bantuan karena mereka takut akan konsekuensinya, takut nama mereka akan diberikan kepada imigrasi dan akhirnya mereka dideportasi," paparnya.

Tetapi karena begitu banyak imigran gelap yang berusaha tinggal di AS, pendukung kebijakan imigrasi Trump menyatakan AS harus memberlakukan batas-batas.

Dan Stein, ketua Federasi bagi Reformasi Imigrasi Amerika mengatakan, "Jumlah orang yang ingin pindah ke negara seperti AS jauh lebih banyak daripada jumlah yang mungkin mampu kita tangani, asimilasi dan akomodasi."

Bagi Cindy dan imigran gelap lain, kata-kata dalam lagu gospel Hold On, Change Is Coming  (Bertahanlah, Perubahan Akan Tiba) adalah satu-satunya hal yang bisa mereka andalkan saat ini. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com