Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/01/2017, 06:05 WIB
EditorGlori K. Wadrianto

YANGON, KOMPAS.com - Ribuan warga Myanmar dari berbagai elemen masyarakat pada Senin (30/1/2017) menghadiri pemakaman Ko Ni.

Ko Ni adalah tokoh Muslim Myanmar yang juga dikenal sebagai pengacara dan sekaligus penasihat Aung San Suu Kyi.

Dia tewas ditembak saat menunggu taksi di pelataran Bandara Internasional Yangon, Minggu (30/1/2017).

Baca: Tokoh Muslim Myanmar Tewas Ditembak Sepulang dari Indonesia

Ko Ni ditembak di bagian kepala dari jarak dekat, setibanya dia dari perjalanan mengikuti pelatihan kepemimpinan di Jakarta.

Ketika ditembak, ia menggendong seorang anak kecil yang dilaporkan sebagai cucunya.

Seorang pengemudi taksi yang berusaha mengejar pelaku juga ditembak mati.

Selain keluarga dan kerabat, pemakaman Ko Ni juga dihadiri oleh kalangan pengacara, aktivis partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi, para diplomat asing dan warga biasa.

Namun Suu Kyi, yang kini menduduki jabatan resmi State Counsellor, dilaporkan tidak hadir.

Aparat keamanan telah menahan seorang pria, Kyi Lin (53), yang dicurigai sebagai pelaku penembakan. Namun sejauh ini motif pembunuhan itu belum diketahui.

Seorang Jurubicara Presiden Myanmar mengatakan, polisi sedang memeriksa pria itu untuk mengetahui motif penembakan.

Selanjutnya, aparat pun mengorek siapa yang berada di balik aksinya atau siapa yang membayarnya untuk melakukan itu.

Ko Ni tercatat sebagai salah satu pengacara terkenal yang beragama Islam di negara yang mayoritas penduduknya Buddha. 

Putrinya, Yin Nwe Khine, kepada kantor berita Reuters mengatakan, ayahnya memang sering diancam karena menentang pengaruh militer yang terus berlangsung dalam kehidupan politik.

"Kami diperingatkan untuk berhati-hati, tetapi ayah saya tidak menerima itu begitu saja. Ia selalu melakukan apa yang dianggapnya benar," ujar Khine.

"Banyak orang membenci kami karena kami mempunyai keyakinan agama yang berbeda, jadi saya pikir mungkin itulah sebabnya, tetapi saya tidak tahu alasannya," sambungnya.

Amnesty International mengatakan kematian Ko Ni akan mengirimkan gelombang kejut ke seluruh komunitas hak asasi manusia di Myanmar dan luar negeri.

"Pihak berwenang harus mengirimkan pesan tegas bahwa kekerasan seperti itu tidak akan ditoleransi dan tidak akan kebal hukum," kata Josef Benedict dari Amnesty International.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com