Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebijakan "Anti-imigran" Presiden Trump Picu Reaksi Dunia...

Kompas.com - 30/01/2017, 06:00 WIB

KOMPAS.com — Reaksi dunia internasional atas instruksi Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang melarang masuknya pengungsi dan warga dari tujuh negara mayoritas Muslim telah terlihat.

Di samping melarang warga Iran, Suriah, Sudan, Libya, Somalia, dan Yaman masuk ke AS untuk 90 hari ke depan, instruksi Trump itu pun berlaku permanen bagi masuknya pengungsi Suriah.

Sementara tu, bagi negara-negara lain, larangan berlaku selama 120 hari ke depan. 

Baca: Simak, Hal-hal Penting dari Kebijakan Trump soal Imigran...

Trump mengatakan, hanya orang yang mendukung AS yang patut diizinkan masuk ke AS.

Instruksi Presiden Trump ini pun mengemukakan prosedur identifikasi dan verifikasi yang harus digunakan pejabat konsuler AS secara terinci.

"Kita ingin memastikan bahwa kita tidak memasukkan ke negara kita ancaman yang justru diperangi tentara kita di luar negeri," kata Trump.

"Kita hanya ingin memasukkan ke negara kita orang-orang yang akan mendukung negara kita dan sangat mencintai bangsa kita," kata Trump saat mengumumkan larangan tersebut.

Baca: Trump Resmi Batasi Laju Imigran dari 7 Negara Ini

Kanselir Jerman Angela Merkel, Minggu (29/1/2017), melalui juru bicaranya langsung menyampaikan sikapnya terkait kebijakan ini.

Merkel mengaku yakin, sekali pun ada perang besar melawan terorisme, perlakuan curiga terhadap orang-orang dari negara tertentu atau agama tertentu tak bisa dibenarkan.

Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Theresa May telah dikecam oleh rekan politisinya karena tidak mengecam larangan Trump.

Kecaman itu muncul ketika Theresa May berada di Ankara bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

May hanya mengatakan, "Inggris bertanggung jawab atas kebijakan Inggris mengenai pengungsi."

Sekembalinya di Inggris, May mengatakan, Inggris tidak sependapat dengan larangan Trump terhadap Muslim.

Dia menambahkan bahwa pendekatan itu bukan pendekatan yang akan diambil oleh Inggris. 

Baca: PM Inggris Tak Setuju dengan Kebijakan Imigrasi Donald Trump

Anggota parlemen Inggris, Heidi Allen, mengatakan, "Kepemimpinan yang kuat artinya tidak takut memberi tahu orang yang sangat berkuasa ketika mereka salah."

"Saya tidak perduli bagaimanapun istimewanya hubungan kita, beberapa batasan sama sekali tidak boleh dilanggar," kata Allen.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Perancis Jean Marc Ayrault mengatakan, menyambut baik pengungsi yang melarikan diri dari perang dan penindasan adalah bagian dari kewajiban.

Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel mengatakan, Amerika Serikat adalah negara tempat tradisi Kristen mempunyai makna yang penting.

"Mengasihi sesama manusia adalah nilai Kristen dan juga menolong orang," kata Gabriel.

Selanjutnya, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengaku kecewa dengan kebijakan yang diambil pemerintahan Trump tersebut.

Meski menjadi negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia tak termasuk dalam daftar negara yang warganya dibatasi untuk masuk ke AS.

Baca: Belasan Pengungsi Ditahan di Bandara JFK, Warga AS Gelar Protes

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com