Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Militer Afganistan Buka "Lowongan" Besar bagi Perempuan

Kompas.com - 27/01/2017, 17:29 WIB

KABUL, KOMPAS.com - Pemerintah Afganistan mengumumkan inisiatif baru untuk memasukkan lebih banyak perempuan ke jajaran militer negara itu.

Kementerian Pertahanan menyebut, pemerintah ingin menambah jumlah perempuan hingga mencapai porsi 10 persen dari total anggota militer.

Wakil Jurubicara Kementerian Pertahanan Mohammad Radmanesh, Jumat (27/1/2017) di Kabul menyebutkan, inisiatif ini pun telah mempersiapkan skala gaji khusus bagi para wanita yang direkrut.

"Kini kami memiliki 1.575 perempuan di jajaran militer kami. Jumlah itu hanya tiga sampai empat persen dari total anggota militer negara ini. Itu belum berarti apa-apa," kata Radmanesh.

"Kami menyasar penambahan hingga 10 persen," ungkap dia kepada AFP.

Meski sudah15 tahun rezim Taliban runtuh, kesetaraan jender di negeri ini masih menjadi mimpi. Meski banyak klaim yang menyebut adanya kemajuan.

Kabar tentang penambahan porsi militer perempuan ini muncul beberapa minggu setelah Niloofar Rahmani, pilot perempuan pertama di jajaran militer Afganistan mengeluh.

Dia merasa tidak nyaman terkait keselamatan dan haknya sebagai perempuan. Dia pun kemudian mencari suaka di Amerika Serikat.

Pada bulan Desember lalu, perempuan berusia 25 tahun yang digelari "Afghan Top Gun", mengaku mencari suaka ke AS.

Dia mengaku khawatir dengan keselamatannya menyusul debat memanas yang terjadi di negara itu.

Rahmani telah menjadi simbol dari harapan bagi jutaan kaum perempuan di Afganistan.

Dia muncul pertama kali ke muka publik pada tahun 2013, setelah menjadi sosok panutan perempuan Afganistan setelah era Taliban. 

Naas, ketenarannya memunculkan banyak ancaman bagi keselamatannya. Ancaman itu muncul dari kelompok gerilyawan Taliban.

Di sisi lain, dia pun menghadapi penghinaan dari kaum lelaki yang besar di negara dengan sistem konservatif, di mana wanita tak bisa memiliki peran lebih.

Kabar pencarian suaka itu memicu badai kritik di Afghanistan. Perempuan itu disebut telah berupaya mengkhianati bangsanya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com