Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhirnya, Presiden Gambia Bersedia Tinggalkan Jabatannya

Kompas.com - 21/01/2017, 10:27 WIB

BANJUL, KOMPAS.com - Presiden Gambia Yahya Jammeh, Sabtu (21/1/2017), memutuskan, dia akan segera turun dari jabatannya demi menjaga perdamaian di negeri kecil itu.

Yahya Jammeh berkuasa selama 22 tahun di Gambia sebelum kalah dalam pemilihan presiden bulan lalu dari kandidat oposisi Adama Barrow.

Namun, Jammeh tak mengakui kemenangan Barrow dan bersikukuh mempertahankan kekuasaannya. Hal ini memicu kaburnya Barrow ke Senegal dan memantik krisis politik di Gambia.

Upaya damai untuk mengakhiri konflik ini sudah dilakukan hingga ancaman invasi militer dari negara-negara Afrika Barat.

Akhirnya, setelah berunding selama beberapa jam dengan presiden Guinea dan Mauritania di ibu kota Banjul akhirnya kesepatakan dicapai.

Jammeh akan menyerahkan kekuasaannya kepada Barrow, pemenang pemilihan presdien bulan lalu yang sudah dilantik di kedubes Gambia di Senegap pada Kamis (19/1/2017).

"Hari ini, saya memutuskan dengan penuh kesadaran untuk melepaskan kekuasaan di negara hebat ini dengan ucapan terima kasih kepada seluruh rakyat Gambia," kata Jammeh dalam pernyataannya yang disiarkan televisi nasional.

Jammeh menambahkan, keputusannya untuk meninggalkan jabatannya, setelah beberapa pekan penuh ancaman dan upaya hukum, adalah keputusan pribadi meski muncul tekanan dari dunia internasional.

Namun, sejauh ini belum dicapai kesepakatan di mana dan bagaimana Jammeh akan menjalani kehidupannya setelah tak menjadi presiden.

"Di saat kita menyaksikan masalah dan ketakutan di bagian lagi Afrika dan dunia, perdamaian dan keamanan di Gambia adalah warisan kolektif kita yang harus kita jaga dan pertahankan," tambah Jammeh.

Semua langkah Jammeh akan diawasi dengan sangat hati-hati hingga beberapa waktu setelah pernyataan ini.

Sebab, Jammeh pernah mengatakan, akan mengakui kemenangan Barrow tak lama setelah pemilu usai. Namun, ternyata ucapan itu tak ditepati.

Sementara itu, personel militer dari lima negara Afrika Barat disiagakan di perbatasan agar jika Jammeh tak mewujudkan pernyataannya maka intervensi militer bisa digelar dengan mudah.

Dalam pidatonya itu, Jammeh tak menyebut rencananya untuk masa depan, artinya rincian terkait hal itu belum diputuskan.

"Jammeh sudah sepakat akan lengser. Kini pembahasan akan difokuskan di mana dia akan tinggal di pengasingan dan kondisi di seputar masalah tersebut," ujar seorang sumber anggota delegasi Mauritania yang hadir dalam negosiasi itu.

Sementara itu, sumber di pemerintahan Gambia mengatakan, negara untuk tempat pengasingan Jammeh akan diusahaka sejauh mungkin dari gabia.

"Demi mencegah kemungkinan Jammeh mengintervensi urusan dalam negeri Gambia," ujar sumber itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com