Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Delapan Negara Ini Paling Ketar-ketir terhadap Donald Trump

Kompas.com - 20/01/2017, 20:16 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com — Selain ada tujuh negara yang gembira atas terpilihnya Donald Trump menjadi presiden ke-45 Amerika Serikat, ada juga beberapa negara lain yang merisaukannya.

Hingga sejauh ini, setidaknya ada delapan negara yang diliputi kecemasan, termasuk ketar-ketir akan persekutuan Trump dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Meksiko

Trump berkali-kali memperingatkan soal deportasi dan tekanan hubungan perdagangan. Selama ini, 80 persen ekspor Meksiko bergantung pada AS.

Sekitar 60 persen produk impor negara ini berasal dari AS. Sementara itu, rencana Trump untuk membangun tembok di perbatasan juga menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Meksiko.

Ancaman dan retorika permusuhan Trump bisa jadi meningkatkan pencalonan kandidat sayap kiri, Andres Manuel Obrador, dalam pemilu Meksiko mendatang.

Jepang

Seperti halnya Trump, Perdana Menteri Shinzo Abe ingin punya hubungan yang lebih baik dengan Rusia, penyedia sumber energi penting bagi Jepang.

Namun, Jepang juga menginginkan kembalinya pulau-pulau Jepang yang dikuasai Soviet saat Perang Dunia II.

Sementara itu, jika Trump menciptakan hubungan yang makin panas dengan China, Jepang akan terjebak di antara dua mitra komersial terbesarnya itu.

Latvia, Estonia, dan Lituania

Rusia kerap campur tangan di Ukraina, dengan alasan untuk lindungi etnis Rusia di perbatasan.

Latvia dan Estonia memiliki persentase yang lebih tinggi akan populasi etnis Rusia ketimbang Ukraina.

Sementara itu, Lituania akan menutup perbatasannya dengan Kaliningrad, Rusia.

Kawat berduri kecil tidak akan menghentikan invasi, tetapi mempersulit gerak-gerik kelompok-kelompok kecil tentara Rusia.

Jerman

Kanselir Jerman, Angela Merkel, mengajukan tawaran bahwa AS harus bekerja sama berdasarkan nilai-nilai "demokrasi, kebebasan, aturan hukum, dan martabat individu, terlepas dari warna kulit, keyakinan, jender, orientasi seksual, atau pandangan politik”.

Selain itu, Merkel dan negara-negara Eropa mengecam intervensi Presiden Rusia Vladimir Putin di Ukraina. Kedekatan Trump dengan Putin berpotensi melemahkan Eropa.

Perancis

Kemenangan Trump mungkin membuka peluang bagi partai sayap kanan, Front Nasional, dalam pemilu 2017.

Pemimpin partai Marine Le Pen telah berjanji bahwa, jika terpilih sebagai presiden, ia akan membawa Perancis keluar dari Uni Eropa.

Lawan Le Pen cemas, Trump mendukung Le Pen dan bakal tutup mata, jika Rusia melakukan kejahatan siber untuk meningkatkan pencalonan politisi anti-Islam ini.

China

Beijing bereaksi keras ketika Donald Trump menyambut panggilan telepon Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, awal Desember 2016. Tsai mengucapkan selamat atas terpilihnya Trump menjadi Presiden AS.

Pembicaraan Trump kala itu dinilai banyak pihak, termasuk Beijing, telah menyimpangan dari kebijakan luar negeri AS yang mengakui prinsip “Satu China”.

Kontroversi itu masih berlanjut setelah Tsai memutuskan untuk mengirim delegasi tingkat tingginya yang dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Taiwan, Yu Shyi-kun, ke acara pelantinkan Trump, Jumat (20/1/2017) di Washington atau Sabtu (21/1/2017) WIB.

Beijing telah menekan AS untuk tidak menerima delegasi Taiwan tersebut, sebab Taiwan masih dipandang sebagai provinsi yang membangkang oleh China.

Trump dikhawatirkan bakal mengacaukan kampanye "Satu China" yang didengungkan Beijing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com