Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendemo di Manila Cerca Donald Trump dan Bakar Bendera AS

Kompas.com - 20/01/2017, 13:38 WIB

MANILA, KOMPAS.com — Ratusan warga Filipina menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat di Manila, Jumat (20/1/2017).

Mereka menggelar aksi unjuk rasa mengecam Donald Trump menjelang pelantikannya sebagai Presiden AS, malam nanti (WIB).

Pendemo menyebut Trump sebagai sosok seksis, rasialis, dan penganut xenofobia.

Seksisme adalah perbuatan atau sikap yang mendiskriminasikan dan menganggap rendah jender tertentu, dalam hal ini perempuan.

Rasialisme adalah suatu sikap yang menekankan pentingnya kategorisasi rasial. Istilah ini juga digunakan untuk menekankan perbedaan sosial dan budaya antar-ras.

Sementara itu, xenofobia adalah ketidaksukaan atau ketakutan terhadap orang-orang dari negara lain, atau yang dianggap asing.

Dalam aksi ini, mereka meneriakkan kata-kata lewat nyanyian "dump Trump".

Pendemo dari kelompok sayap kiri juga mengekspresikan kegundahan atas terpilihnya Trump sebagai Presiden AS karena dia mengancam jutaan imigran asal Filipina di AS.

"Ini merupakan peringatan bahwa ada predator seksual, seksis, rasialis, dan penganut xenofobia, yang menjadi penguasa negara kapitalis paling besar di dunia," kata Joms Salvador.

Joms Salvador adalah Sekretaris Jenderal Kelompok Perempuan Gabriela di Manila. Dia mengungkapkan pandangannya saat berbicara kepada AFP. 

"Selama puluhan tahun perjuangan kaum perempuan untuk melawan ancaman diskriminasi kini kembali terancam dengan kehadiran Trump sebagai presiden," kata dia.

Sekitar 300 orang yang menggelar unjuk rasa itu membawa plakat bertuliskan "@realDonaldTrump hands off Filipino immigrants" dan "Trump you're trash".

Mereka membuat foto Donald Trump secara simbolik hingga terlihat sebagai tempat sampah.

"Kami sangat menaruh perhatian tentang warga Filipina yang bekerja di AS karena mereka akan berhadapan dengan isu rasial," kata Salvador.

"Banyak warga di sana menjadi paranoid tentang keamanan personal dan kenyamanan bekerja," kata dia. 

Filipina adalah negara bekas koloni AS, yang terkenal dengan kedekatan hubungan budaya dan ekonomi dengan AS.

Kedua negara itu selama ini terikat dalam perjanjian pertahanan bersama. Pasukan militer AS pun selama bertahun-tahun terjun ke sana untuk membantu mengatasi berbagai isu keamanan.

Kendati demikian, kelompok sayap kiri terus mencerca keberadaan AS yang disebut membwa pengaruh kapitalis dan mendominasi kehidupan di negara itu.

Dalam unjuk rasa ini, para pendemo juga membakar bendera AS, sambil menyerukan perginya pasukan AS dari wilayah Filipina. Mereka menyebut kesepakatan pertahanan militer kedua negara tak berimbang.  

Di sisi lain, hubungan bilateral kedua negara pun sedang dalam kondisi yang kurang baik.

Hal itu terjadi setelah Presiden Rodrigo Duterte beberapa kali mencerca Presiden Barack Obama dan menyatakan akan mengalihkan kiblat kerja sama Manila dengan China dan Rusia.

Hal itu dilontarkan Duterte tak lama setelah dia memegang jabatan Presiden sekitar tujuh bulan lalu. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com