Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhirnya, Gedung Putih Akui Obama Gagal Tutup Guantanamo ...

Kompas.com - 18/01/2017, 14:23 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com - Penjara Guantanamo di Kuba tetap beroperasi, sekalipun Presiden Barack Obama telah turun dari jabatannya.

Pernyataan pihak Gedung Putih, Selasa (17/1/2017) ini sekaligus menjadi pengakuan tentang tak tercapainya janji kampanye Presiden Obama.

Sebelumnya, sejumlah pejabat pemerintah berkeras bahwa Presiden Obama bakal menuntaskan kerjanya untuk menutup Guantanamo.

Namun ternyata hal itu tak bakal terjadi sebelum Presiden tepilih AS Donald Trump dilantik pada Jumat mendatang.

Pemeritah menyadari bahwa tidak ada cukup waktu memenuhi batas waktu 30 hari untuk memberitahu kepada Kongres, sebelum transfer tahanan.

"Saat ini, saya tidak mengantisipasi adanya kemungkinan penutupan penjara itu akan terwujud sesuai rencana," kata Jurubicara Gedung Putih Josh Earnest seperti dikutip AP.

"Namun, ini bukan karena kami tidak bekerja, kami menjamin," tegas Earnest.

Selama akhir pekan lalu, telah dipindahkan 10 tahanan dari Guantanamo ke Oman.

Baca: Oman Terima 10 Tahanan dari Penjara Guantanamo

Delapan tahanan berasal dari Yaman dan dua dari Afganistan, termasuk seorang pemberontak Abdul Zahir.

Zahir adalah orang yang dituduh memiliki zat putih yang diduga bahan kimia beracun untuk senjata biologis.

Namun ternyata berdasar keterangan pengacaranya, Letnan Kolonel Sterling Thomas, kandungan itu adalah gula dan garam.

Selanjutnya, semua yang dianggap memenuhi syarat pun dilepas. Pelepasan akan dilakukan setelah pihak berwenang menyatakan mereka tak lagi menjadi ancaman.

Pembebasan ini tentu akan mengurangi jumlah tahanan yang berdasarkan data terakhir masih berjumlah 45 orang.

Pembebasan dijadwalkan bakal dilakukan dalam beberapa hari menjelang pelantikan Presiden AS.

Guantanamo di tangan Trump

Terkait keberadaan pusat detensi tersebut, di masa kampanye, Trump pernah mengatakan, dia tak hanya akan mempertahankan Guantanamo, tapi juga akan mengisinya dengan orang-orang jahat.

Di awal bulan ini, Trump mengatakan bahwa tak akan ada lagi pembebasan tahanan dari tempat itu. Trump menyebut mereka adalah orang-orang radikal yang berbahaya jika dibebaskan.

Pemerintah AS menggunakan pangkalan militernya di kawasan yang terisolasi di tenggara Kuba, di tengah pantai berbatu, sebagai penjara, pasca serangan teror 11 September 2001.

Di masa puncaknya, penjara itu dihuni oleh 680 tahanan.

Presiden Obama kemudian memulai upaya penutupan penjara itu dengan mengurangi jumlah tahanan menjadi 242 di awal masa jabatan tahun 2009.

Hal itu dilakukan sebagai bagian dari upayanya untuk menjawab kritik dunia internasional atas perlakuan buruk yang dialami para tahanan di tempat itu. Termasuk ide menangkap seseorang tanpa batas waktu dan tanpa persidangan.

Namun Kongres disebut mempersulit upaya Obama itu dengan menerapkan ketentuan pembatasan transfer, termasuk persyaratan pemberitahuan 30 hari.

Termasuk larangan pemindahan tahanan ke AS untuk alasan apa pun, termasuk uji coba.

Pemerintah pun kemudian menggelar peninjauan kasus per kasus dalam bagian dari upaya menurunkan populasi tahanan di tempat itu.

Peninjauan dilakukan dengan memindahkan 193 tahanan ke 42 negara, dan juga melimpahkan penuntutan di pengadilan.

Earnest menuding itikad politik telah menggagalkan sasaran pemerintah Obama untuk menutup Guantanamo. 

"Para anggota Kongres dari kedua partai bermain-main dengan isu ini," tegas dia.

Sebelumnya, banyak pihak melontarkan kritik kepada Obama yang dinilai kurang tegas dalam upaya menutup Guantanamo, sejak awal masa jabatannya. 

Tom Wilner, seorang pengacara di Washington yang membantu mengamankan hak para tahanan dalam menghadapi perkara, berharap Trump mau melihat persoalan ini secara jernih sesuai situasi yang berkembang. 

"Saya rasa jika dia melihat fakta secara objektif dia pasti akan mengatakan bahwa keberadaan Guantanamo sangat buruk bagi AS," kata Wilner.

"Tidak ada untungnya, hanya membuang dana dan merusak reputasi AS sendiri," sambungnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com