Concorde telah menjadi sebuah pesawat terbang angkut sipil komersial pertama didunia, sebuah pesawat SST, “super sonic transport” idaman para pencinta kedirgantaraan.
Inggris dan Perancis membutuhkan waktu yang tidak kurang dari 12 tahun untuk menciptakan Concorde. Sayangnya kisah sukses itu tidak mengiringi perjalanan pesawat Concorde dalam kiprahnya sebagai pesawat angkut sipil komersial super cepat.
Concorde hanya diproduksi sebanyak 20 pesawat yang 6 diantaranya adalah pesawat yang non komersial.
Dengan hanya digunakan oleh dua Maskapai saja, yaitu British Airways dan Air France, pada rute yang sangat terbatas, Concorde hanya mampu bertahan selama lebih kurang 26 tahun saja sejak terbang perdana pada tanggal 21 Januari 1976 .
Sebuah pesawat terbang angkut sipil komersial yang sangat canggih dengan kemampuan terbang melebihi kecepatan suara ternyata tetap kalah bersaing memperebutkan pasar angkutan udara global.
Tanggal 24 Oktober tahun 2003 tercatat sebagai hari terakhir misi penerbangan pesawat SST produksi bersama Inggris Perancis, Concorde. Sebuah kisah singkat dari ambisi besar sebuah pesawat angkut sipil komersial yang berkecepatan melebihi dari kecepatan suara.
Namun bila kita mencermatinya dari perspektif kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi penerbangan , kiranya harus diakui bahwa kehadiran Concorde telah mencatatkan sebuah sejarah dalam penerbangan sipil komersial, sebagai pesawat tercepat yang pernah dihasilkan umat manusia penghuni bumi ini.
Catatan lain mengenai pesawat angkut sipil komersial, dunia penerbangan juga mencatat kehadiran pesawat terbang SST lainnya yang pernah dihasilkan oleh Rusia bernama sandi yang diberikan NATO (North Atlantic Treaty Organnization) “Charger” yaitu jenis TU-144.
Bila Concorde diproduksi sebanyak 20 pesawat, maka Charger TU-144 hanya diproduksi sebanyak 16 pesawat saja.
Itulah sekedar gambaran dari ambisi manusia dalam bersaing untuk mewujudkan pesawat penumpang tercepat yang dapat menembus kecepatan suara, namun pada realitanya masih tidak mudah untuk meraih sukses yang setara dengan beberapa jenis pesawat penumpang lainnya.
Ambisi dan realita, adalah dua hal yang tidak mudah untuk dipadukan. Akan tetapi ambisi harus tetap dipelihara untuk mengiringi perjalanan dari kemampuan intelegensi yang dimiliki, seperti yang pernah ditekankan oleh seorang penulis buku kenamaan Walter H. Cottingham, bahwa “Intelligence without ambition is a bird without wings.”
Jakarta 17 Januari 2017
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.