Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/01/2017, 11:04 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com — Aktivitas Donald Trump di kerajaan bisnis yang ia jalankan berpotensi memicu konflik kepentingan ketika resmi dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat.

Trump memiliki bisnis, baik di dalam AS sendiri maupun di sedikitnya 25 negara, termasuk Indonesia, yang kesemuanya berada di bawah payung usaha The Trump Organization.

Sebagai kepala eksekutif atau kepala pemerintahan, tentu ia bisa mengeluarkan keputusan-keputusan, baik yang bersifat domestik maupun internasional, yang menguntungkan kerajaan bisnisnya, seperti dikatakan sejumlah politikus dari Partai Demokrat.

Sebagian besar penerimaan bisnis Trump berasal dari pembangunan berbagai properti dan lapangan golf, tetapi ia juga menjual nama Trump ke sejumlah pengusaha properti di berbagai negara.

Sebagai presiden, ia dibolehkan tetap berbisnis. Namun, berdasarkan pengalaman masa lalu, presiden yang memiliki perusahaan akan menyerahkan pengelolaannya ke badan yang biasa disebut blind trust.

Ini semacam perwalian atau administrator independen yang menjalankan perusahaan demi mencegah konflik kepentingan.

"Blind trust inilah yang akan memegang uang dan aset Trump selama ia menjabat sebagai presiden, dan Trump tak punya suara atas uang dan aset tersebut," kata analis risiko Stephanie Hare kepada BBC, Rabu (11/1/2017).

"Yang kita ketahui sejauh ini adalah payung usaha Trump akan dijalankan oleh dua anaknya. Artinya masih ada hubungan langsung antara Trump dan berbagai usaha yang dikendalikan dua anaknya. Situasi ini bisa berpotensi memicu konflik kepentingan," ujar Hare.

Di mana saja kepentingan bisnis Trump?

Di Indonesia

Di Indonesia, Trump sudah meneken kerja sama untuk membangun resor mewah "berbintang enam" di Bali dan Bogor, Jawa Barat.

Harian New York Times memberitakan bahwa Trump mendirikan dua perusahaan pada pertengahan 2015 untuk menyiapkan pembangunan properti di Bali dan Bogor.

Mitra Trump di Indonesia, Hary Tanoesoedibjo, dan juru bicara The Trump Organization menegaskan bahwa dua proyek di Indonesia ini akan jalan terus, dan Hary kepada New York Times mengatakan "tak akan ada konflik kepentingan" dalam proyek ini.

Di Buenos Aires, Argentina, perusahaan setempat mengumumkan akan membangun gedung perkantoran dengan menggandeng Trump setelah beberapa tahun mengalami penundaan.

Sementara itu, di Kanada, The Trump Organization memiliki kesepakatan lisensi dengan dua hotel, masing-masing di Toronto dan Vancouver.

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com