Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Infeksi Sifilis Melonjak Tajam di Jepang, Ada Apa?

Kompas.com - 11/01/2017, 13:00 WIB

Penyebaran infeksi ini paling banyak terjadi di Shinjuku Ward, Tokyo. Wilayah tersebut memang dikenal sebagai lokasi hiburan malam di Tokyo.

Sebanyak 40 persen pasien sifilis yang terdata di Tokyo berasal dari daerah ini. Shinjuku Ward juga menyumbang angka 20 persen dari jumlah penderita sifilis di seluruh Jepang.

Menanggapi kondisi itu, otoritas kesehatan di Shinjuku Ward mendorong semua RS agar mau menanyakan latar belakang pasien.

Pertanyaan itu berkisar tentang apakah pasien bekerja di bisnis hiburan dan kebangsaan pasien tersebut.

Data tersebut diharapkan bisa memetakan "rute" utama penyebaran sifilis di Jepang.

Sementara itu, tim riset khusus yang dibentuk Pemerintah Jepang ditargetkan mampu menyelesaikan verifikasi tentang penyebaran infeksi itu pada akhir Maret tahun depan.

Makoto Onishi, Kepala Seksi bidang Bakteri di Institut Nasional Penyebaran Penyakit Menular Jepang, menjadi kepala tim khusus tersebut.

Onishi mengatakan, timnya berintensi untuk mengklarifikasi kelompok mana yang paling berisiko dalam penyebaran infeksi ini.

"Kami pun akan melakukan langkah edukasi kepada warga tentang bagaimana mencegah dan menangani penyebarannya," kata Onishi.

Sifilis dan gejalanya

Pada tahap awal penyebaran infeksi ini, pasien hanya akan merasakan ruam dan benjolan-benjolan kecil di bagian terinfeksi, misalnya di area alat vital. Namun, gejala itu akan hilang dengan sendirinya.

Selanjutnya, dalam fase kedua, yang kira-kira akan terjadi tiga bulan kemudian, pasien akan menderita karena ruam yang muncul di telapak tangan dan telapak kaki.

Lagi-lagi, gejala tersebut akan lenyap secara natural.

Jika dibiarkan tanpa penanganan medis, infeksi itu akan mengakibatkan peradangan di sekujur tubuh, tiga tahun kemudian.

Peradangan itu bisa menyebabkan kerusakan otak dan jantung. 

“Penggunaan kondom untuk mencegah penyebaran infeksi ini cukup efektif, tetapi tetap tidak cukup," kata Kunio Kitamura.

Kunio Kitamura adalah peneliti dan dokter kandungan yang menjabat sebagai kepala di The Japan Family Planning Association.

"Semua orang berisiko, kecuali mereka yang secara spesifik memiliki pasangan seks yang benar-benar bebas dari sifilis," kata dia.

“Jadi, para dokter harus lebih agresif mendorong pasien yang terduga mengidap sifilis agar mau menjalani tes," kata Kitamura lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com